Sukabumi, Kompas - Seni tradisional pantun buhun selama 639 tahun bertahan di Kesatuan Adat Banten Kidul yang kini berkedudukan di Kasepuhan Ciptagelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pantun buhun merupakan seni bertutur seperti bernyanyi diiringi kecapi, mengisahkan masa lalu kerajaan-cikal bakal warga adat untuk mengingatkan kearifan dan kebesarannya.
Pantun buhun itu dipentaskan setelah upacara adat seren taun, pekan lalu. Adat Kasepuhan Banten Kidul mengenal tiga jenis cerita dalam pantun buhun, yakni munding jalingan, badak pamalang, dan prengong jaya.
Penutur pantun buhun, Ki Radi (65), mengatakan, cerita mengenai kejayaan dan kearifan itu diharapkan bisa mengingatkan para warga adat mengenai kehidupan mereka sekarang, masih sesuai ajaran atau tradisi leluhur atau sudah menyimpang. Kendati tak diundangkan, mereka masih memegang teguh tradisi itu.
Di antaranya adalah mengolah lahan sawah sekali setahun, tidak memperjualbelikan gabah dan beras, melainkan menyimpan gabah di leuit (lumbung).
Kepala Adat Encup Sucipta atau Abah Anom mengatakan, tradisi itu tak disertai penjelasan rinci apa maknanya. Namun, rupanya ajaran adat itu hendak mengarahkan warga agar arif memperlakukan lahan dan mengatur persediaan beras. Dengan melakukan ajaran itu, ternyata para warga adat selama ini tak pernah kekurangan pangan, padahal mereka hanya menanam padi sekali dalam setahun. (aha)
Sumber: Kompas, Senin, 13 Agustus 2007
No comments:
Post a Comment