PANGKALAN BUN (Borneonews): Bahasa daerah Kotawaringin perlu dilestarikan melalui muatan lokal dalam kurikulum di sekolah.
Praktisi Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) Darlan Makmur mengatakan pentingnya pelestarian bahasa daerah Kotawaringin dalam kurikulum sekolah.
Ia mengatakan bahasa daerah Kotawaringin merupakan bahasa segari-hari pada masa pemerintahan Kerajaan Kotawaringin.
Bahasa Kotawaringin menggunakan ejaan huruf "O".
Selain bahasa Kotawaringin, di Kobar juga terdapat bahasa Mendawai.
Namun, bahasa Kotawaringin jauh lebih tua jika dibandingkan bahasa Mendawai.
Sehingga, lanjut dia, paling tidak bahasa Kotawaringin sebagai bahasa yang lebih tua di Kobar bisa dilestarikan melalui pendidikan.
Akan tetapi, pada perkembangannya di tingkat pelajar kurang dilestarikan sebab dalam kurikulum bahasa belum mencantumkan bahasa daerah sebagai bidang studi yang perlu dipelajari.
"Bahkan mungkin pelajar tidak tahu bahwa ada bahasa daerah di tempat tinggalnya," kata Darlan kemarin.
Oleh sebab itu, salah satu cara untuk melestarikannya adalah melalui kurikulum di sekolah dengan memasukkannya dalam kurikulum sekolah.
Meski demikian, ia mengakui dalam bahasa Kotawaringin tidak memiliki huruf khusus seperti bahasa daerah Jawa atau Lampung.
"Tidak ada, di sini menggunakan bahasa tutur," kata dia.
Hal sama juga diungkapkan mantan Ketua DPRD Kobar Tengku Zailani.
Ia mengatakan perlu ada pelestarian budaya bahasa daerah Kotawaringin sebagai bahasa tertua di Kobar.
Menurutnya bahasa Kotawaringin sudah ada sejak berdirinya kerajaan Kotawaringin.
Selain itu, bahasa Kotawaringin juga merupakan satu-satunya bahasa daerah yang hanya bisa ditemui di Kobar.
Oleh sebab itu, paling tidak pelajaran bahasa daerah Kotawaringin bisa dimasukan dalam pelajaran di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Namun, ia mengatakan ada kendala tersendiri untuk menjadikan bahasa Kotawaringin sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah.
Kendala tersebut adalah belum adanya kamus bahasa daerah Kotawaringin.
Kondisi ini menjadi salah satu hambatan tersendiri sebab untuk mempelajari suatu bahasa perlu ada buku panduan yang mendasarinya.
Ia juga menuturkan, hampir sebagian besar pelajar sudah banyak yang tidak mengerti tentang bahasa daerah Kotawaringin.
Hal ini terbukti ketika dirinya menjadi salah satu juri untuk pemilihan putra putri pariwisata Kobar 2007 beberapa waktu lalu.
Dari beberapa pertanyaan keseharian yang diajukan, sebagian besar tidak dapat dijawab oleh para kontestan yang berstatus sebagai pelajar Kobar.
Padahal bahasa daerah merupakan aset daerah yang perlu dilestarikan keberadaannya.
Ia juga mengakui, bahasa daerah Kotawaringin jauh lebih tua jika dibandingkan bahasa daerah Mendawai.
Selain bahasa, Kobar banyak terdapat peninggalan kerajaan yang bernilai sejarah seperti Istana Kuning, Masjid Kyai Gede, dan Istana mangkubumi.(ET)
Sumber: Borneonews, Senin, 13 Agustus 2007
No comments:
Post a Comment