Jakarta, Kompas - Jika Indonesia ingin maju, budaya unggul harus dipacu. Untuk mencapai hal tersebut, pemimpin bangsa harus memiliki visi jauh ke depan dan memberikan fasilitas pendidikan untuk anak- anak bangsa.
"Kalau kita amati, bangsa yang maju adalah bangsa yang punya mimpi dan nyali besar," kata Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat pada dialog "Memacu Budaya Unggul dan Prestasi Bangsa" yang diselenggarakan oleh Pro XL dan Tempo di Jakarta, Kamis (23/8).
Menurut Komaruddin, bangsa- bangsa yang besar umumnya memiliki etos. Seperti Jepang, Jerman, dan China memiliki mimpi yang besar. Pandangan yang jauh ke depan membuat mereka berkembang melewati batas etnis dan negara.
"Secara mikro sesungguhnya potensi intelektualitas manusia itu sama. Potensi intelektualitas rata-rata hanya digunakan empat persen. Masalahnya adalah bagaimana kita mendongkrak dan mengoptimalkan potensi itu," kata Komaruddin.
Menurut Komaruddin, untuk mengoptimalkan potensi intelektualitas tersebut, pertama anak- anak harus diberi konsumsi gizi yang bagus sehingga jaringan sarafnya berkembang. Kedua, harus diberi stimulasi agar anak berpikir aktif dan kreatif.
"Saya kaget saat di India di setiap kotanya ada perpustakaan umum. Hasilnya sekarang India makin maju," kata Komaruddin. Tidak hanya itu, budaya kontemplatif pun tidak terbentuk.
Presiden Direktur Tempo Group Bambang Harymurti menyatakan, budaya unggul adalah budaya jaringan. "Salah satu sebab mengapa Indonesia berada di urutan nomor 108 (HDI) karena kita tidak menumbuhkan budaya jaringan," kata Bambang Harymurti. (lok)
Sumber: Kompas, Sabtu, 25 Agustus 2007
No comments:
Post a Comment