-- Fedli Azis
Pada 26 Juli 2013 lalu menjadi perayaan besar bagi seniman di Indonesia. Hari lahir sastrawan ternama Chairil Anwar yang telah ditetapkan sejak 22 November 2012 di Pekanbaru-Riau itu dikenal dengan nama Hari Puisi Indonesia (HPI). Daerah-daerah pun menggelar helat HPI pertama, tak terkecuali Jakarta dengan nama Pekan Hari Puisi Indonesia.
PEKAN Hari Puisi Indonesia menandai Hari Puisi Indonesia I, yang diselenggarakan 25-30 Juli 2013 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Helat itu dilaksanakan dengan sepenuh hati dan segenap kemampuan, tenaga, fikiran dan waktu dicurahkan untuk mengangkat puisi bermartabat dan memiliki tempat terhormat.
Seirama dengan kegiatan Pekan Hari Puisi Indonesia, di daerah-daerah menyelenggarakan Hari Puisi Indonesia dengan cara masing-masing. Daerah yang melaksanakan perayaan Hari Puisi Indonesia yang perdana itu seperti di Sumatra: Aceh, Riau, Kepulau Riau, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Jambi, Sumatra Selatan. Di Jawa seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Yogyakarta. Di Bali dan Kalimantan Selatan.
Perayaan Hari Puisi Indonesia juga melahirkan terciptanya Lagu Mars Hari Puisi Indonesia oleh Asrizal Nur dan Ravelz Guchi, musik diaransemen oleh Dika dan penyanyi oleh penyanyi-penyair dari Sanggar Semenanjung binaan Yayasan Panggung Melayu, antara lain MD Farhan dan Andrigo.
‘’Semoga Puisi Indonesia dapat menjadi sumber inspirasi memajukan kebudayaan Indonesia yang modern, literat dan merdeka. Dan terus dirayakan setiap tahunnya dari masa ke masa,’’ ungkap Ketua Yayasan Panggung Melayu Asrizal Nur yang juga penggagas Pekan Hari Puisi Indonesia tersebut.
Pekan Hari Puisi Indonesia 2013 menjadi helat sastra terbesar sepanjang lima tahun terakhir. Di samping agenda yang cukup banyak tujuh agenda yakni Sayembara Kritik Buku Sastra diikuti 20 peserta, Sayembara Buku Kumpulan Puisi diikuti 130 judul buku yang dikirim penyair seluruh Indonesia, Lomba baca Puisi se-Indonesia diikuti 250 peserta, Renungan dan Doa Milad 1 Hari Puisi Indonesia diikuti 15 Komunitas, Seminar Hari Puisi, Tadarus Puisi diikuti 25 penyair se Indonesia dan Malam Anugerah Hari Puisi Indonesia diikuti oleh dua pejabat, 10 Penyair Indonesia, 30 Penari prosesi Anugerah Hari Puisi Indonesia, 20 orang Penyanyi Lagi Mars Hari Puisi dan malam puncak ini dipenuhi sesak oleh penonton.
Sosok di balik kesuksesan helat itu adalah Ketua Yayasan Panggung Melayu Asrizal Nur dan kawan-kawan. Dengan kerja satu bulan berjibaku dengan biaya terbatas oleh sponsor terbatas yakni dari Dirut. Indopos yang juga Pembina Yayasan Sagang, Rida K liamsi acara besar bernama Pekan Hari Puisi Indonesia 2013 selama seminggu dapat terlaksana dengan sukses.
‘’Banyak Negara di dunia ini telah memiliki hari puisi sebagai spirit kebangsaan, tak terkecuali Vietnam, negara baru bangkit usai hirukpikuk perang dan beberapa negara lainnya bahkan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pun pada 1999 sudah mencanangkan, bahwa tanggal 21 Maret sebagai Hari Puisi Dunia, sedangkan Indonesia negara yang didirikan oleh puisi pendek bernama Sumpah Pemuda belum memiliki hari puisi,’’ urai Asrizal.
Mengingat pentingnya bangsa Indonesia memiliki Hari Puisi, sebagai negara yang berkebudayaan luhur dan dilahirkan oleh puisi sebagai spirit kebangsaan, maka tepat 22 November 2012 diprakarsai oleh Rida K Liamsi, Agus R Sarjono, Asrizal Nur, Ahmadun Y Herfanda, Maman S Mahayana, Kazzaini KS, Jamal D Rahman dan didukung oleh penyair dari Aceh hingga Papua mendeklarasikan Hari Puisi Indonesia di Pekanbaru. Deklarasi dibacakan Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri didampingi 40 penyair se Indonesia.
Pada Deklarasi Hari Puisi tersebut disepakati dirayakan tiap tahun pada 26 Juli, diambil dari hari lahir Chairil Anwar sebagai apresiasi dan penghargaan atas dedikasi kepenyairan beliau.
Tentu, upaya untuk memasyarakatkan sastra, khususnya puisi, tidak cukup hanya sampai deklarasi. Hari Puisi Indonesia perlu dirayakan tiap tahun agar memasyarakatan puisi makin maksimal sebagai spirit kebangsaan dan memperkuat karakter kebangsaan.
Dengan dasar pemikiran tersebut, maka Yayasan Panggung Melayu (YPM) bekerja sama dengan Yayasan Sagang, Harian Indo Pos, Dewan Kesenian Jakarta, Komunitas Sastra Indonesia (KSI), Jurnal Sajak, menggelar serangkaian acara puisi, diberi nama Pekan Hari Puisi Indonesia.
Sejarah Hari Puisi Indonesia
Indonesia dilahirkan oleh puisi yang ditulis bersama sama oleh para pemuda dari berbagai wilayah tanah air. Puisi pendek itu adalah sumpah pemuda. Peristiwa ini memberi dampak yang panjang dan luas bagi imajinasi dan kesadaran rakyat nusantara. Semula membawa misi kedaerahan seperti Muhammad Yamin yang menulis puisi memuja Sumatra, dalam rangka Sumpah Pemuda menulis puisi indonesia ‘’Tumpah Darahku’’. Kemudian para penyair secara meyakinkan menulis puisi-puisi dalam bahasa Indonesia mengisi kesadaran bangsa, mereka adalah Rustam Efendi, Je Tatengkeng ,Sutan Takdir Ali Syahbana, Amir Hamzah, Sanusi Pane dan lain-lain.
Karya demi karya bermunculan dari berbagai daerah menulis dalam bahasa Indonesia. Mengantarkan Bangsa Indonesia meraih kedaulatan sebagai bangsa yang merdeka. Bahasa Indonesia adalah pilihan yang sangat nasionalistis, dengan semangat itu pula para penyair menulis dalam bahasa Indonesia sehingga puisi secara nyata ikut membangun kebudayaan Indonesia. Nasionalisme kepenyairan ini kemudian mengental pada Chairil Anwar yang dengan spirit kebangsaan berhasil meletakkan tonggak utama tradisi puisi indonesia modern.
Deklarasi Hari Puisi Indonesia
Bermula pertemuan Rida K Liamsi dan Agus R Sarjono di Vietnam ketika diundang dalam Festival Asia Pasifik dalam rangka Hari Puisi di Vietnam ke-11, kemudian membincangkan tentang Hari Puisi Indonesia, lalu gagasan itu disampaikan kepada penyair dan Organizer Budaya Asrizal Nur, Penyair Ahmadun Yosi Herfanda, kritikus sastra Maman S Mahayana, Ketua Dewan Kesenian Riau Kazzaini Ks saat mereka berjumpa dalam acara sastra di Hankuk University Korea Selatan. Sepulang ke Indonesia Asrizal Nur menghubungi Ahmadun Yosie Herfanda, Agus R Sarjono dan Jamal D Rahman mengingat kembali dan segera bergerak mewujudkan gagasan Hari Puisi Indonesia tersebut dengan dimulai melaksanakan Deklarasi Hari Puisi Indonesia sebagai pintu gerbangnya.
Kemudian dengan gerakan cepat, persiapan Deklarasi Hari puisi segera dilaksanakan dengan membagi tugas, Asrizal Nur (Ketua Yayasan Panggung Melayu) mengonsep penyelenggaraan, Kazzaini Ks (Ketua Dewan Kesenian Riau) menyiapkan penyelenggaraan sebagai tuan rumah di Pekanbaru, Ahmadun Yosie Herfanda (Ketua Komunitas Sastra Indonesia) menghubungi rekan-rekan penyair seluruh Indonesia. Agus R Sarjono menyiapkan draft Deklarasi dan kemudian disempurnakan bersama-sama Jamal D Rahman, Ahmadun Y Herfanda dan Asrizal Nur dan akhirnya tepat pada Senin 5 November pukul 2.36 WIB dini hari teks deklarasi Hari Puisi Indonesia dan rancangan lainnya pun berhasil disusun.
Diantaranya mengusulkan tanggal lahir Chairil Anwar 26 Juli menjadi Hari Puisi Indonesia dan siap dimusyawarahkan pada pertemuan penyair indonesia di Pekanbaru, 22 November 2012 yang telah dijadwalkan oleh Dewan Kesenian Riau, dan pada saat itu pula diciptakan logo hari Puisi Indonesia oleh Asrizal Nur dan Hari Ambari yang disetujui oleh Rida K liamsi dan kawan-kawan inisiator lainnya.
Kemudian Deklarasi Hari Puisi Indonesia diselenggarakan dimulai dengan Musywarah Penyair seluruh Indonesia di Pekanbaru 23 Nopember 2012 tepatnya di hotel Grand Elite oleh penyair dari Aceh sampai Papua. Pada hari Sabtu malam 24 Nopember 2012, tepatnya di Anjung Seni Idrus Tintin diperkarsai oleh Dewan Kesenian Riau di bawah pimpinan Kazzaini Ks, sejarahpun dimulai dengan pembacaan puisi oleh penyair seluruh Indonesia dan kegiatan puisi lainnya, dintaranya pembacaan puisi oleh Gubernur Riau.
Detik bersejarah pun tercatat, Pembacaan Deklarasi Hari Puisi Indonesia pun tiba, penyair seluruh Indonesia mempercayakannya kepada Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bahri untuk membaca teks yang kelak bersejarah itu, Deklarasi Hari Puisi pun bergema.
Dengan telah dibacakannya Deklarasi Hari Puisi Indonesia, Sejarahpun telah dicatat Indonesia telah memiliki Hari Puisi Indonesia, namun tanggung jawab melaksanakan hari puisi Indonesia ada di depan muka. n
Sumber: Riau Pos, Minggu, 4 Agustus 2013
Pada 26 Juli 2013 lalu menjadi perayaan besar bagi seniman di Indonesia. Hari lahir sastrawan ternama Chairil Anwar yang telah ditetapkan sejak 22 November 2012 di Pekanbaru-Riau itu dikenal dengan nama Hari Puisi Indonesia (HPI). Daerah-daerah pun menggelar helat HPI pertama, tak terkecuali Jakarta dengan nama Pekan Hari Puisi Indonesia.
PEKAN Hari Puisi Indonesia menandai Hari Puisi Indonesia I, yang diselenggarakan 25-30 Juli 2013 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Helat itu dilaksanakan dengan sepenuh hati dan segenap kemampuan, tenaga, fikiran dan waktu dicurahkan untuk mengangkat puisi bermartabat dan memiliki tempat terhormat.
Seirama dengan kegiatan Pekan Hari Puisi Indonesia, di daerah-daerah menyelenggarakan Hari Puisi Indonesia dengan cara masing-masing. Daerah yang melaksanakan perayaan Hari Puisi Indonesia yang perdana itu seperti di Sumatra: Aceh, Riau, Kepulau Riau, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Jambi, Sumatra Selatan. Di Jawa seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Yogyakarta. Di Bali dan Kalimantan Selatan.
Perayaan Hari Puisi Indonesia juga melahirkan terciptanya Lagu Mars Hari Puisi Indonesia oleh Asrizal Nur dan Ravelz Guchi, musik diaransemen oleh Dika dan penyanyi oleh penyanyi-penyair dari Sanggar Semenanjung binaan Yayasan Panggung Melayu, antara lain MD Farhan dan Andrigo.
‘’Semoga Puisi Indonesia dapat menjadi sumber inspirasi memajukan kebudayaan Indonesia yang modern, literat dan merdeka. Dan terus dirayakan setiap tahunnya dari masa ke masa,’’ ungkap Ketua Yayasan Panggung Melayu Asrizal Nur yang juga penggagas Pekan Hari Puisi Indonesia tersebut.
Pekan Hari Puisi Indonesia 2013 menjadi helat sastra terbesar sepanjang lima tahun terakhir. Di samping agenda yang cukup banyak tujuh agenda yakni Sayembara Kritik Buku Sastra diikuti 20 peserta, Sayembara Buku Kumpulan Puisi diikuti 130 judul buku yang dikirim penyair seluruh Indonesia, Lomba baca Puisi se-Indonesia diikuti 250 peserta, Renungan dan Doa Milad 1 Hari Puisi Indonesia diikuti 15 Komunitas, Seminar Hari Puisi, Tadarus Puisi diikuti 25 penyair se Indonesia dan Malam Anugerah Hari Puisi Indonesia diikuti oleh dua pejabat, 10 Penyair Indonesia, 30 Penari prosesi Anugerah Hari Puisi Indonesia, 20 orang Penyanyi Lagi Mars Hari Puisi dan malam puncak ini dipenuhi sesak oleh penonton.
Sosok di balik kesuksesan helat itu adalah Ketua Yayasan Panggung Melayu Asrizal Nur dan kawan-kawan. Dengan kerja satu bulan berjibaku dengan biaya terbatas oleh sponsor terbatas yakni dari Dirut. Indopos yang juga Pembina Yayasan Sagang, Rida K liamsi acara besar bernama Pekan Hari Puisi Indonesia 2013 selama seminggu dapat terlaksana dengan sukses.
‘’Banyak Negara di dunia ini telah memiliki hari puisi sebagai spirit kebangsaan, tak terkecuali Vietnam, negara baru bangkit usai hirukpikuk perang dan beberapa negara lainnya bahkan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pun pada 1999 sudah mencanangkan, bahwa tanggal 21 Maret sebagai Hari Puisi Dunia, sedangkan Indonesia negara yang didirikan oleh puisi pendek bernama Sumpah Pemuda belum memiliki hari puisi,’’ urai Asrizal.
Mengingat pentingnya bangsa Indonesia memiliki Hari Puisi, sebagai negara yang berkebudayaan luhur dan dilahirkan oleh puisi sebagai spirit kebangsaan, maka tepat 22 November 2012 diprakarsai oleh Rida K Liamsi, Agus R Sarjono, Asrizal Nur, Ahmadun Y Herfanda, Maman S Mahayana, Kazzaini KS, Jamal D Rahman dan didukung oleh penyair dari Aceh hingga Papua mendeklarasikan Hari Puisi Indonesia di Pekanbaru. Deklarasi dibacakan Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri didampingi 40 penyair se Indonesia.
Pada Deklarasi Hari Puisi tersebut disepakati dirayakan tiap tahun pada 26 Juli, diambil dari hari lahir Chairil Anwar sebagai apresiasi dan penghargaan atas dedikasi kepenyairan beliau.
Tentu, upaya untuk memasyarakatkan sastra, khususnya puisi, tidak cukup hanya sampai deklarasi. Hari Puisi Indonesia perlu dirayakan tiap tahun agar memasyarakatan puisi makin maksimal sebagai spirit kebangsaan dan memperkuat karakter kebangsaan.
Dengan dasar pemikiran tersebut, maka Yayasan Panggung Melayu (YPM) bekerja sama dengan Yayasan Sagang, Harian Indo Pos, Dewan Kesenian Jakarta, Komunitas Sastra Indonesia (KSI), Jurnal Sajak, menggelar serangkaian acara puisi, diberi nama Pekan Hari Puisi Indonesia.
Sejarah Hari Puisi Indonesia
Indonesia dilahirkan oleh puisi yang ditulis bersama sama oleh para pemuda dari berbagai wilayah tanah air. Puisi pendek itu adalah sumpah pemuda. Peristiwa ini memberi dampak yang panjang dan luas bagi imajinasi dan kesadaran rakyat nusantara. Semula membawa misi kedaerahan seperti Muhammad Yamin yang menulis puisi memuja Sumatra, dalam rangka Sumpah Pemuda menulis puisi indonesia ‘’Tumpah Darahku’’. Kemudian para penyair secara meyakinkan menulis puisi-puisi dalam bahasa Indonesia mengisi kesadaran bangsa, mereka adalah Rustam Efendi, Je Tatengkeng ,Sutan Takdir Ali Syahbana, Amir Hamzah, Sanusi Pane dan lain-lain.
Karya demi karya bermunculan dari berbagai daerah menulis dalam bahasa Indonesia. Mengantarkan Bangsa Indonesia meraih kedaulatan sebagai bangsa yang merdeka. Bahasa Indonesia adalah pilihan yang sangat nasionalistis, dengan semangat itu pula para penyair menulis dalam bahasa Indonesia sehingga puisi secara nyata ikut membangun kebudayaan Indonesia. Nasionalisme kepenyairan ini kemudian mengental pada Chairil Anwar yang dengan spirit kebangsaan berhasil meletakkan tonggak utama tradisi puisi indonesia modern.
Deklarasi Hari Puisi Indonesia
Bermula pertemuan Rida K Liamsi dan Agus R Sarjono di Vietnam ketika diundang dalam Festival Asia Pasifik dalam rangka Hari Puisi di Vietnam ke-11, kemudian membincangkan tentang Hari Puisi Indonesia, lalu gagasan itu disampaikan kepada penyair dan Organizer Budaya Asrizal Nur, Penyair Ahmadun Yosi Herfanda, kritikus sastra Maman S Mahayana, Ketua Dewan Kesenian Riau Kazzaini Ks saat mereka berjumpa dalam acara sastra di Hankuk University Korea Selatan. Sepulang ke Indonesia Asrizal Nur menghubungi Ahmadun Yosie Herfanda, Agus R Sarjono dan Jamal D Rahman mengingat kembali dan segera bergerak mewujudkan gagasan Hari Puisi Indonesia tersebut dengan dimulai melaksanakan Deklarasi Hari Puisi Indonesia sebagai pintu gerbangnya.
Kemudian dengan gerakan cepat, persiapan Deklarasi Hari puisi segera dilaksanakan dengan membagi tugas, Asrizal Nur (Ketua Yayasan Panggung Melayu) mengonsep penyelenggaraan, Kazzaini Ks (Ketua Dewan Kesenian Riau) menyiapkan penyelenggaraan sebagai tuan rumah di Pekanbaru, Ahmadun Yosie Herfanda (Ketua Komunitas Sastra Indonesia) menghubungi rekan-rekan penyair seluruh Indonesia. Agus R Sarjono menyiapkan draft Deklarasi dan kemudian disempurnakan bersama-sama Jamal D Rahman, Ahmadun Y Herfanda dan Asrizal Nur dan akhirnya tepat pada Senin 5 November pukul 2.36 WIB dini hari teks deklarasi Hari Puisi Indonesia dan rancangan lainnya pun berhasil disusun.
Diantaranya mengusulkan tanggal lahir Chairil Anwar 26 Juli menjadi Hari Puisi Indonesia dan siap dimusyawarahkan pada pertemuan penyair indonesia di Pekanbaru, 22 November 2012 yang telah dijadwalkan oleh Dewan Kesenian Riau, dan pada saat itu pula diciptakan logo hari Puisi Indonesia oleh Asrizal Nur dan Hari Ambari yang disetujui oleh Rida K liamsi dan kawan-kawan inisiator lainnya.
Kemudian Deklarasi Hari Puisi Indonesia diselenggarakan dimulai dengan Musywarah Penyair seluruh Indonesia di Pekanbaru 23 Nopember 2012 tepatnya di hotel Grand Elite oleh penyair dari Aceh sampai Papua. Pada hari Sabtu malam 24 Nopember 2012, tepatnya di Anjung Seni Idrus Tintin diperkarsai oleh Dewan Kesenian Riau di bawah pimpinan Kazzaini Ks, sejarahpun dimulai dengan pembacaan puisi oleh penyair seluruh Indonesia dan kegiatan puisi lainnya, dintaranya pembacaan puisi oleh Gubernur Riau.
Detik bersejarah pun tercatat, Pembacaan Deklarasi Hari Puisi Indonesia pun tiba, penyair seluruh Indonesia mempercayakannya kepada Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bahri untuk membaca teks yang kelak bersejarah itu, Deklarasi Hari Puisi pun bergema.
Dengan telah dibacakannya Deklarasi Hari Puisi Indonesia, Sejarahpun telah dicatat Indonesia telah memiliki Hari Puisi Indonesia, namun tanggung jawab melaksanakan hari puisi Indonesia ada di depan muka. n
Sumber: Riau Pos, Minggu, 4 Agustus 2013
No comments:
Post a Comment