-- Iwan Kurniawan
Tiga tahun lagi, Dewa Wisnu di punggung Garuda akan menjulang gagah di Pulau Dewata.
Alunan musik mereka mengiringi upacara peletakan batu pertama pembangunan Patung Garuda Wisnu Kencana di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK), Ungasan, Bali, Jumat (23/8) sore.
Upakara (sarana dalam upacara adat) disiapkan berupa dedaunan, bunga-bunga, buah-buahan, air, dan api. "Kami menggelar upakara dan ritual agar beliau-beliau (Bhuta Kala, yang diyakini sebagai kekuatan negatif, umumnya diwujudkan dalam rupa mengerikan) tak mengganggu proses pendirian patung GWK ini," tutur Agung.
Seperti banyak hal di Bali, setiap aktivitas diawali upacara adat yang tak terpisahkan dari budaya setempat. Setiap upacara bertujuan memohon berkah agar penguasa langit (angkasa) dan penguasa bumi (pertiwi) memperlancar aktivitas yang akan dilangsungkan. "Kami mengalunkan musik untuk menunjukkan keagungan kepada penguasa langit dan bumi," lanjut Agung.
Segala upaya dan doa rasanya memang dibutuhkan untuk menuntaskan proyek pembangunan patung GWK yang sudah terbengkalai sejak 16 tahun silam itu.
Pembangunan patung GWK pertama kali dilakukan pada 1997. Saat itu, patung diharapkan sudah berdiri utuh pada 2000 sebagai simbol pariwisata Indonesia dan Bali, khususnya. Namun, akibat krisis ekonomi, proses pengerjaannya terhenti hingga Jumat (23/8). Hari itu, peletakan batu pertama untuk melanjutkan pengerjaan patung GWK diselenggarakan. Itu berarti sebentuk patung raksasa akan segera terwujud utuh, menjadi salah satu patung paling tinggi sedunia yang menjulang di Pulau Dewata.
Sebenarnya pada rentang masa terhentinya pengerjaan pun seniman pencipta patung GWK, Nyoman Nuarta, 61, tidak duduk diam. Dia melancarkan langkah-langkah sosialisasi, salah satunya dengan mendirikan GWK Expo di lahan seluas 10 hektare. Di sana, potongan-potongan patung dipamerkan, termasuk kepala Garuda dan separuh badan Dewa Wisnu. Itu yang kemudian menjadi Taman Budaya GWK, sekarang seluas 60 hektare, sebagai wadah beragam perhelatan dan acara meskipun patung GWK belum disusun utuh.
Tetap
Sekarang pengerjaan patung yang dirancang setinggi 126 meter itu, termasuk patung Dewa Wisnu di atas burung Garuda dengan pedestal, sudah dimulai lagi. Proyek itu menelan dana investasi tahap pertama sebesar Rp450 miliar dari PT Garuda Adhimatra Indonesia, anak perusahaan PT Alam Sutera Realty Tbk. Menurut Direktur PT Garuda Harjanto Tirtohadiguno, pihaknya sadar betul akan prospek ke depannya sehingga tidak sungkan mendukung pembangunan patung GWK.
Perupa Nyoman Nuarta memastikan pula potongan-potongan patung yang sudah ada sejak belasan tahun silam itu akan tetap di tempat semula. Sebagai bentuk penghormatan pembangunan GWK tahap awal.
Patung GWK yang baru dan utuh akan didirikan berjarak 300 meter dari posisi sebelumnya.
Patung GWK utuh akan berdiri setinggi 126 meter, lengkap dengan pedestal, dan berada pada 276 meter di atas permukaan laut. Patung dibuat dari tembaga dan kuningan dengan struktur kulit patung berbahan stainless steel dan finishing patina. Berat patung total mencapai 3.000 ton yang dibuat dalam 25 segmen dan 754 modul. "Semua sudah diangkut menggunakan 3.000 truk dari Bandung ke Bali. Besok (kemarin) sudah tiba sehingga sudah proses pengerjaan," jelas Nyoman mantap.
Bukti
Pada kawasan Taman Budaya GWK, patung akan menempati posisi utama yang dihormati. "Kawasan seluas 60 hektare ini akan dibagi dalam tiga zona yang menjadi harmoni dalam konsep tri hita karana, yaitu parahyangan, pelemahan, dan pawongan," terang Ketua Yayasan GWK I Gde Ardika.
Patung GWK akan berdiri di zona parahyangan, yakni wilayah utama yang paling dihormati. Adapun zona pelemahan akan berfungsi sebagai wadah acara-acara budaya, sedangkan pawongan akan mewadahi fungsi-fungsi komersial.
Pada dasarnya, hakikat konsep tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini yang saling berkaitan, yakni hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan Tuhan.
Pengerjaan patung GWK yang utuh ditargetkan akan rampung pada 2016. "Masih ada tiga tahun. Saya bersama tim akan menyelesaikan dengan semaksimal mungkin," kata Nyoman.
Jim Supangkat, kurator nasional, mengakui pembangunan patung GWK yang baru dan utuh menjadi bukti seniman Indonesia memiliki kemampuan dunia. "Ini akan menjadi lambang peradaban. Saya yakin dengan kemampuan Nyoman sehingga kami dukung agar bisa terselesaikan pada tiga tahun ke depan ini," ucap Jim yang juga menjadi penasihat dalam proyek pembangunan patung tersebut. (M-1)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 25 Agustus 2013
Tiga tahun lagi, Dewa Wisnu di punggung Garuda akan menjulang gagah di Pulau Dewata.
Alunan musik mereka mengiringi upacara peletakan batu pertama pembangunan Patung Garuda Wisnu Kencana di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK), Ungasan, Bali, Jumat (23/8) sore.
Upakara (sarana dalam upacara adat) disiapkan berupa dedaunan, bunga-bunga, buah-buahan, air, dan api. "Kami menggelar upakara dan ritual agar beliau-beliau (Bhuta Kala, yang diyakini sebagai kekuatan negatif, umumnya diwujudkan dalam rupa mengerikan) tak mengganggu proses pendirian patung GWK ini," tutur Agung.
Seperti banyak hal di Bali, setiap aktivitas diawali upacara adat yang tak terpisahkan dari budaya setempat. Setiap upacara bertujuan memohon berkah agar penguasa langit (angkasa) dan penguasa bumi (pertiwi) memperlancar aktivitas yang akan dilangsungkan. "Kami mengalunkan musik untuk menunjukkan keagungan kepada penguasa langit dan bumi," lanjut Agung.
Segala upaya dan doa rasanya memang dibutuhkan untuk menuntaskan proyek pembangunan patung GWK yang sudah terbengkalai sejak 16 tahun silam itu.
Pembangunan patung GWK pertama kali dilakukan pada 1997. Saat itu, patung diharapkan sudah berdiri utuh pada 2000 sebagai simbol pariwisata Indonesia dan Bali, khususnya. Namun, akibat krisis ekonomi, proses pengerjaannya terhenti hingga Jumat (23/8). Hari itu, peletakan batu pertama untuk melanjutkan pengerjaan patung GWK diselenggarakan. Itu berarti sebentuk patung raksasa akan segera terwujud utuh, menjadi salah satu patung paling tinggi sedunia yang menjulang di Pulau Dewata.
Sebenarnya pada rentang masa terhentinya pengerjaan pun seniman pencipta patung GWK, Nyoman Nuarta, 61, tidak duduk diam. Dia melancarkan langkah-langkah sosialisasi, salah satunya dengan mendirikan GWK Expo di lahan seluas 10 hektare. Di sana, potongan-potongan patung dipamerkan, termasuk kepala Garuda dan separuh badan Dewa Wisnu. Itu yang kemudian menjadi Taman Budaya GWK, sekarang seluas 60 hektare, sebagai wadah beragam perhelatan dan acara meskipun patung GWK belum disusun utuh.
Tetap
Sekarang pengerjaan patung yang dirancang setinggi 126 meter itu, termasuk patung Dewa Wisnu di atas burung Garuda dengan pedestal, sudah dimulai lagi. Proyek itu menelan dana investasi tahap pertama sebesar Rp450 miliar dari PT Garuda Adhimatra Indonesia, anak perusahaan PT Alam Sutera Realty Tbk. Menurut Direktur PT Garuda Harjanto Tirtohadiguno, pihaknya sadar betul akan prospek ke depannya sehingga tidak sungkan mendukung pembangunan patung GWK.
Perupa Nyoman Nuarta memastikan pula potongan-potongan patung yang sudah ada sejak belasan tahun silam itu akan tetap di tempat semula. Sebagai bentuk penghormatan pembangunan GWK tahap awal.
Patung GWK yang baru dan utuh akan didirikan berjarak 300 meter dari posisi sebelumnya.
Patung GWK utuh akan berdiri setinggi 126 meter, lengkap dengan pedestal, dan berada pada 276 meter di atas permukaan laut. Patung dibuat dari tembaga dan kuningan dengan struktur kulit patung berbahan stainless steel dan finishing patina. Berat patung total mencapai 3.000 ton yang dibuat dalam 25 segmen dan 754 modul. "Semua sudah diangkut menggunakan 3.000 truk dari Bandung ke Bali. Besok (kemarin) sudah tiba sehingga sudah proses pengerjaan," jelas Nyoman mantap.
Bukti
Pada kawasan Taman Budaya GWK, patung akan menempati posisi utama yang dihormati. "Kawasan seluas 60 hektare ini akan dibagi dalam tiga zona yang menjadi harmoni dalam konsep tri hita karana, yaitu parahyangan, pelemahan, dan pawongan," terang Ketua Yayasan GWK I Gde Ardika.
Patung GWK akan berdiri di zona parahyangan, yakni wilayah utama yang paling dihormati. Adapun zona pelemahan akan berfungsi sebagai wadah acara-acara budaya, sedangkan pawongan akan mewadahi fungsi-fungsi komersial.
Pada dasarnya, hakikat konsep tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini yang saling berkaitan, yakni hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan Tuhan.
Pengerjaan patung GWK yang utuh ditargetkan akan rampung pada 2016. "Masih ada tiga tahun. Saya bersama tim akan menyelesaikan dengan semaksimal mungkin," kata Nyoman.
Jim Supangkat, kurator nasional, mengakui pembangunan patung GWK yang baru dan utuh menjadi bukti seniman Indonesia memiliki kemampuan dunia. "Ini akan menjadi lambang peradaban. Saya yakin dengan kemampuan Nyoman sehingga kami dukung agar bisa terselesaikan pada tiga tahun ke depan ini," ucap Jim yang juga menjadi penasihat dalam proyek pembangunan patung tersebut. (M-1)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 25 Agustus 2013
No comments:
Post a Comment