BUKU yang ditulis seorang praktisi public relations (PR) Ika Sastrosoebroto, 42, ini memaparkan bagaimana PR sebagai suatu ilmu komunikasi menjadi ujung tombak perusahaan, politisi, dan lembaga dalam hal pencitraan untuk mencapai tujuan yang ingin didapat.
Buku setebal 320 halaman ini ditulis dengan gaya bercerita, konten ceritanya diambil dari berbagai pengalaman si penulis sendiri yang selama lebih kurang 18 tahun berkecimpung dalam dunia PR.
Public Relations Tales tak sekadar buku PR dibalut cerita rekaan yang melenakan pembacanya, tetapi banyak ilmu PR yang dapat diserap untuk keseharian. Ilmu yang tak bertele-tele sarat dengan teori-teori berat. Inilah ilmu praktis mengenai public relations yang berasal dari pengalaman seorang praktisi yang belasan tahun mengabdikan dirinya di bidang public relations.
Dalam buku yang terdiri dari tujuh episode ini, bisa disimak bagaimana public relations politisi seperti Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi), Dahlan Iskan, dan Marzuki Usman membentuk citra di masyarakat.
Ada juga cerita bagaimana membangun Indonesia dari unsur pariwisata, MICE (meeting, incentive, conference, exhibition), hak cipta, lingkungan hidup, dan komitmen pribadi. Juga, bagaimana harus bertahan dari serangan black campaign, frame & reframing, sampai memahami bisnis dalam kerangka semesta alam. Buku yang disajikan dengan gaya bercerita, seperti novel lengkap dengan para tokoh dan karakternya ini, penting dibaca masyarakat luas.
Menurut sang penulis, Ika, lewat buku ini, ia ingin membagi pengalamannya kepada kolega di dalam maupun di luar industri PR. Dengan demikian, mereka lebih mudah memahami strategi yang perlu diterapkan dan akhirnya menyadari betapa penting PR untuk menunjang strategi berbagai aspek hidup.
"Saya berutang banyak ilmu dan kesempatan kepada para tutor saya di industri PR. Jadi buku ini menjadi ajang balas jasa, ketika saya juga harus membagi ilmu yang saya miliki kepada banyak orang," ujarnya pada peluncuran buku di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Buku yang ditulis selama satu tahun ini, tambahnya, tidak berisi teori, tapi catatan sebagai pelaku industri komunikasi. Bahasa yang dipakai ibu satu putri itu pun seperti yang digunakan sehari-hari, sederhana sehingga mudah dipahami. "Saya tidak akan memasalahkan bila pembaca tidak setuju dengan saya atau mereka mempunyai persepsi maupun pandangan yang berbeda," ujar alumnus Institut Ilmu Sosial dan Politik, Jakarta, itu.
Lebih lanjut, Ika memaparkan latar belakang mengapa ia menulis buku Public Relations Tales. Menurutnya, manusia sebagai makhluk sosial, tentunya berkomunikasi satu sama lain. Dalam berkomunikasi, jika tidak didasari ilmu, kerap terjadi salah komunikasi (miscommunication). Akibatnya, timbul misunderstanding.
"Dampaknya, akan merusak hubungan yang akan, pernah, dan sedang terjalin di antara banyak pihak. Tak jarang, gagalnya komunikasi menyebabkan jebloknya penjualan suatu produk," jelas Ika lagi.
"Buku ini memaparkan bagaimana PR menjadi ujung tombak perusahaan, politisi, dan lembaga dalam hal pencitraan untuk mencapai tujuan yang ingin didapat," tambahnya.(Ros/M-2)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 4 Agustus 2013
Buku setebal 320 halaman ini ditulis dengan gaya bercerita, konten ceritanya diambil dari berbagai pengalaman si penulis sendiri yang selama lebih kurang 18 tahun berkecimpung dalam dunia PR.
Public Relations Tales tak sekadar buku PR dibalut cerita rekaan yang melenakan pembacanya, tetapi banyak ilmu PR yang dapat diserap untuk keseharian. Ilmu yang tak bertele-tele sarat dengan teori-teori berat. Inilah ilmu praktis mengenai public relations yang berasal dari pengalaman seorang praktisi yang belasan tahun mengabdikan dirinya di bidang public relations.
Dalam buku yang terdiri dari tujuh episode ini, bisa disimak bagaimana public relations politisi seperti Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi), Dahlan Iskan, dan Marzuki Usman membentuk citra di masyarakat.
Ada juga cerita bagaimana membangun Indonesia dari unsur pariwisata, MICE (meeting, incentive, conference, exhibition), hak cipta, lingkungan hidup, dan komitmen pribadi. Juga, bagaimana harus bertahan dari serangan black campaign, frame & reframing, sampai memahami bisnis dalam kerangka semesta alam. Buku yang disajikan dengan gaya bercerita, seperti novel lengkap dengan para tokoh dan karakternya ini, penting dibaca masyarakat luas.
Menurut sang penulis, Ika, lewat buku ini, ia ingin membagi pengalamannya kepada kolega di dalam maupun di luar industri PR. Dengan demikian, mereka lebih mudah memahami strategi yang perlu diterapkan dan akhirnya menyadari betapa penting PR untuk menunjang strategi berbagai aspek hidup.
"Saya berutang banyak ilmu dan kesempatan kepada para tutor saya di industri PR. Jadi buku ini menjadi ajang balas jasa, ketika saya juga harus membagi ilmu yang saya miliki kepada banyak orang," ujarnya pada peluncuran buku di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Buku yang ditulis selama satu tahun ini, tambahnya, tidak berisi teori, tapi catatan sebagai pelaku industri komunikasi. Bahasa yang dipakai ibu satu putri itu pun seperti yang digunakan sehari-hari, sederhana sehingga mudah dipahami. "Saya tidak akan memasalahkan bila pembaca tidak setuju dengan saya atau mereka mempunyai persepsi maupun pandangan yang berbeda," ujar alumnus Institut Ilmu Sosial dan Politik, Jakarta, itu.
Lebih lanjut, Ika memaparkan latar belakang mengapa ia menulis buku Public Relations Tales. Menurutnya, manusia sebagai makhluk sosial, tentunya berkomunikasi satu sama lain. Dalam berkomunikasi, jika tidak didasari ilmu, kerap terjadi salah komunikasi (miscommunication). Akibatnya, timbul misunderstanding.
"Dampaknya, akan merusak hubungan yang akan, pernah, dan sedang terjalin di antara banyak pihak. Tak jarang, gagalnya komunikasi menyebabkan jebloknya penjualan suatu produk," jelas Ika lagi.
"Buku ini memaparkan bagaimana PR menjadi ujung tombak perusahaan, politisi, dan lembaga dalam hal pencitraan untuk mencapai tujuan yang ingin didapat," tambahnya.(Ros/M-2)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 4 Agustus 2013
No comments:
Post a Comment