Data Buku: Tobat itu Nikmat Asy’ari Khatib Zaman, Jakarta Pertama, 2013 180 hlm. |
MANUSIA memang tempatnya salah. Oleh karena itu, tidak ada manusia di dunia ini yang tidak pernah membuat kesalahan. Kesalahan bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Lebih dari itu, kesalahan bisa saja menimbulkan akibat buruk yang sangat fatal.
Oleh karena itu, kesalahan sebisa mungkin harus dihindari meskipun kesalahan itu tetap tak terhindarkan. Paling tidak, minimalisasi kesalahan akan menjadikan seseorang itu lebih baik.
Namun, kesalahan yang berbuah dosa itu tidak ringan akibatnya. Allah swt. bahkan tidak menyukai hamba-Nya yang berbuat kesalahan (dosa). Namun, manusia adalah tempat salah dan lupa. Oleh karena itu, hendaknya seseorang yang telah berbuat salah atau dosa itu lekas bertobat sebelum dosa menumpuk dan semakin banyak. Tobat dengan sungguh-sungguh dan tidak akan mengulangi perbuatan salah atau dosa menjadi solusinya.
Asy’ari Khatib dalam buku yang bertajuk Tobat itu Nikmat; Kisah Nyata Orang-orang yang Diampuni Allah mengisahkan 50 kisah inspiratif dan reflektif hamba-hamba Allah yang mendapat pengampunan. Di antara para pendosa yang dikisahkan tersebut, bahkan ada yang dosanya hampir memenuhi langit dan bumi. Namun, karena ia bertobat, pintu ampunan pun dibukakan oleh Allah swt.
Kisah-kisah yang terurai secara rapi dan mengalir tersebut memberikan gambaran bahwa dosa sebesar apa pun pada dasarnya bisa diampuni. Setidaknya, dosa seseorang itu diampuni karena dua hal. Pertama, seseorang yang berdosa itu bertobat dengan sungguh-sungguh dan bersumpah tidak akan mengulangi perbuatan dosa yang pernah dilakukannya.
Ini merupakan etape awal dari dibukakannya pintu ampunan yang bisa menghapuskan dosa-dosa terdahulu. Etape berikutnya adalah ia harus sering-sering menutup perbuatan-perbuatan dosa yang telah lalu itu dengan perbuatan-perbuatan terpuji dan mulia.
Kedua, sifat belas kasih Allah itu pada dasarnya lebih besar daripada sifat marah-Nya kepada umat. Dengan demikian, dosa sebesar apa pun bisa diampuni oleh Allah jika ia bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak akan mengulangi perbuatan-perbuatan yang bisa menimbulkan kemarahan Allah. Belas kasih Allah sangat luas dan dalam, lebih luas daripada seluruh alam semesta ini dan jauh lebih dalam daripada lautan yang paling dalam sekalipun.
Belas kasih Allah juga berbanding lurus dengan keterbukaan Allah dalam mengampuni para hamba yang mau bertobat. Di sisi lain, itu karena Allah juga memiliki karakter Maha Pengampun. Jika demikian halnya, Allah memang selalu membuka pintu ampunan bagi mereka yang telah berdosa dan berbuat kesalahan. Dosa sebesar apa pun bisa terampuni karenanya.
Hal itu mengilustrasikan bahwa tobat merupakan sebuah hal yang terlampau nikmat. Dengan bertobat, seseorang terampuni dosa-dosanya. Jika seseorang telah terampuni dosa-dosanya, ia akan menjadi bersih dari dosa dan jiwanya akan berhias amalan-amalan mulia yang berpahala. Dengan demikian, jalan menuju surga pun menjadi teramat mudah.
Itulah di antara kenikmatan bertobat jika dipandang dari sisi spiritual-religius. Namun, kenikmatan bertobat juga dapat dirasakan dari sisi psikologis. Sederhananya, seseorang yang mempunyai dosa pada dasarnya ia telah terbebani oleh dosa-dosa tersebut.
Ketika ia bertobat, jiwanya akan tercerahkan. Ketika jiwa si pendosa tersebut telah tercerahkan, ia akan merasakan kenikmatan karena beban-beban dosa yang berat pun luntur dan menghilang sehingga ia serasa mengurangi atau bahkan menghilangkan beban dosa yang hinggap pada dirinya. Beban berat itu pun menjadi ringan, dan itulah kenikmatan yang bisa dirasakan secara psikis.
Konsep tobat yang diajarkan oleh Islam ini pada dasarnya menyiratkan bahwa agama tersebut merupakan agama kasih sayang yang menyukai pertobatan, yakni hijrah dari titik buram menuju titik terang kehidupan.
Selain itu, konsep pertobatan yang menghasilkan kenikmatan tersebut merupakan salah satu bukti bahwa Islam itu merupakan agama yang rahmatan lil alamin, kasih sayang terhadap seluruh alam; termasuk kasih sayang terhadap para pendosa yang mau bertobat.
Orang-orang pendosa ini tentu akan mendapatkan kasih sayang Islam jika ia mau bertobat. Manusia memang tidak bisa terhindar dari perbuatan salah yang mengakibatkan menumpuknya dosa. Namun, tobat harus selalu dikumandangkan demi menebus kesalahan-kesalahan tersebut. Hal itu sebagaimana yang pernah disabdakan Nabi Muhammad saw. bahwa semua anak cucu Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang bertobat (hlm. 119).
Akhirnya, buku setebal 180 halaman ini menjadi referensi yang inspiratif dan reflektif untuk menggugah kesadaran umat manusia. Terlebih di zaman sekarang ini, antara kebaikan dan keburukan susah untuk dibedakan. Oleh karena itu, tobat harus selalu dikumandangkan agar selalu terbuka pintu rahmat dan ampunan dari-Nya. Dengan begitu, kenikmatan bertobat itu bisa dicercap. n
Lusiana Dewi, pengajar di RA DWP UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Sumber: Lampung Post, Minggu, 18 Agustus 2013
Oleh karena itu, kesalahan sebisa mungkin harus dihindari meskipun kesalahan itu tetap tak terhindarkan. Paling tidak, minimalisasi kesalahan akan menjadikan seseorang itu lebih baik.
Namun, kesalahan yang berbuah dosa itu tidak ringan akibatnya. Allah swt. bahkan tidak menyukai hamba-Nya yang berbuat kesalahan (dosa). Namun, manusia adalah tempat salah dan lupa. Oleh karena itu, hendaknya seseorang yang telah berbuat salah atau dosa itu lekas bertobat sebelum dosa menumpuk dan semakin banyak. Tobat dengan sungguh-sungguh dan tidak akan mengulangi perbuatan salah atau dosa menjadi solusinya.
Asy’ari Khatib dalam buku yang bertajuk Tobat itu Nikmat; Kisah Nyata Orang-orang yang Diampuni Allah mengisahkan 50 kisah inspiratif dan reflektif hamba-hamba Allah yang mendapat pengampunan. Di antara para pendosa yang dikisahkan tersebut, bahkan ada yang dosanya hampir memenuhi langit dan bumi. Namun, karena ia bertobat, pintu ampunan pun dibukakan oleh Allah swt.
Kisah-kisah yang terurai secara rapi dan mengalir tersebut memberikan gambaran bahwa dosa sebesar apa pun pada dasarnya bisa diampuni. Setidaknya, dosa seseorang itu diampuni karena dua hal. Pertama, seseorang yang berdosa itu bertobat dengan sungguh-sungguh dan bersumpah tidak akan mengulangi perbuatan dosa yang pernah dilakukannya.
Ini merupakan etape awal dari dibukakannya pintu ampunan yang bisa menghapuskan dosa-dosa terdahulu. Etape berikutnya adalah ia harus sering-sering menutup perbuatan-perbuatan dosa yang telah lalu itu dengan perbuatan-perbuatan terpuji dan mulia.
Kedua, sifat belas kasih Allah itu pada dasarnya lebih besar daripada sifat marah-Nya kepada umat. Dengan demikian, dosa sebesar apa pun bisa diampuni oleh Allah jika ia bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak akan mengulangi perbuatan-perbuatan yang bisa menimbulkan kemarahan Allah. Belas kasih Allah sangat luas dan dalam, lebih luas daripada seluruh alam semesta ini dan jauh lebih dalam daripada lautan yang paling dalam sekalipun.
Belas kasih Allah juga berbanding lurus dengan keterbukaan Allah dalam mengampuni para hamba yang mau bertobat. Di sisi lain, itu karena Allah juga memiliki karakter Maha Pengampun. Jika demikian halnya, Allah memang selalu membuka pintu ampunan bagi mereka yang telah berdosa dan berbuat kesalahan. Dosa sebesar apa pun bisa terampuni karenanya.
Hal itu mengilustrasikan bahwa tobat merupakan sebuah hal yang terlampau nikmat. Dengan bertobat, seseorang terampuni dosa-dosanya. Jika seseorang telah terampuni dosa-dosanya, ia akan menjadi bersih dari dosa dan jiwanya akan berhias amalan-amalan mulia yang berpahala. Dengan demikian, jalan menuju surga pun menjadi teramat mudah.
Itulah di antara kenikmatan bertobat jika dipandang dari sisi spiritual-religius. Namun, kenikmatan bertobat juga dapat dirasakan dari sisi psikologis. Sederhananya, seseorang yang mempunyai dosa pada dasarnya ia telah terbebani oleh dosa-dosa tersebut.
Ketika ia bertobat, jiwanya akan tercerahkan. Ketika jiwa si pendosa tersebut telah tercerahkan, ia akan merasakan kenikmatan karena beban-beban dosa yang berat pun luntur dan menghilang sehingga ia serasa mengurangi atau bahkan menghilangkan beban dosa yang hinggap pada dirinya. Beban berat itu pun menjadi ringan, dan itulah kenikmatan yang bisa dirasakan secara psikis.
Konsep tobat yang diajarkan oleh Islam ini pada dasarnya menyiratkan bahwa agama tersebut merupakan agama kasih sayang yang menyukai pertobatan, yakni hijrah dari titik buram menuju titik terang kehidupan.
Selain itu, konsep pertobatan yang menghasilkan kenikmatan tersebut merupakan salah satu bukti bahwa Islam itu merupakan agama yang rahmatan lil alamin, kasih sayang terhadap seluruh alam; termasuk kasih sayang terhadap para pendosa yang mau bertobat.
Orang-orang pendosa ini tentu akan mendapatkan kasih sayang Islam jika ia mau bertobat. Manusia memang tidak bisa terhindar dari perbuatan salah yang mengakibatkan menumpuknya dosa. Namun, tobat harus selalu dikumandangkan demi menebus kesalahan-kesalahan tersebut. Hal itu sebagaimana yang pernah disabdakan Nabi Muhammad saw. bahwa semua anak cucu Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang bertobat (hlm. 119).
Akhirnya, buku setebal 180 halaman ini menjadi referensi yang inspiratif dan reflektif untuk menggugah kesadaran umat manusia. Terlebih di zaman sekarang ini, antara kebaikan dan keburukan susah untuk dibedakan. Oleh karena itu, tobat harus selalu dikumandangkan agar selalu terbuka pintu rahmat dan ampunan dari-Nya. Dengan begitu, kenikmatan bertobat itu bisa dicercap. n
Lusiana Dewi, pengajar di RA DWP UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Sumber: Lampung Post, Minggu, 18 Agustus 2013
No comments:
Post a Comment