Tandi Skober |
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Jagat sastra Indonesia kembali kehilangan salah satu tokohnya. Sastrawan dan budayawan Tandi Skober meninggal dunia di Rumah Sakit Al-Islam Bandung, Minggu (29-9), dalam usia 63 tahun.
Pemilik nama asli Tandi bin Wanda ini meninggalkan seorang istri, Nuriya Daulay, dan tiga anak, yakni Tanti Skober, Tanta Skober, dan Nina Skober. Almarhum dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nagrog Ujung Berung Bandung, kemarin pagi.
Menurut Iwan Fauzi, salah seorang rekannya yang juga penulis, almarhum mendapat serangan jantung saat sedang menulis di depan komputer dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Namun, penulis produktif ini wafat sekitar pukul 20.00.
Dalam status Facebook terakhirnya, almarhum mem-posting cerita pendek yang diterbitkan di harian Lampung Post: "Arsip cerpen Jangan Biarkan Bulan Tenggelam karya cerpenis keren asli Indramayu bernama Tandi Skober dimuat koran Lampung Post pada Ahad 29 September 2013."
Beberapa rekan almarhum sontak memberi ucapan belasungkawa dalam komentar rekan-rekannya. "Innalillahi wainna ilahirojiun... selamat jalan Pak Tandi... sosok inspiratif," tulis Rani Safitri.
Tandi Skober, pria kelahiran Indramayu, Jawa Barat, 22 Desember 1951 ini dikenal sebagai penulis yang hampir setiap minggu tulisannya berupa esai dan cerita pendek menghiasi beberapa surat kabar di Indonesia.
Almarhum juga telah menerbitkan beberapa buku Politik, Pelacur, dan Hehehe (novel, 2009), Seribu Sujud Seribu Masjid (novel, 2010), Ini Medan Bung (antologi, 2010), Akulah Medan (2010), Matahari Retak di Atas Cimanuk (2010), Bersyukurlah Wahai Muslimah (2010), Namaku Nairem (novel, 2012), Sperma Air Mata (kumpulan cerpen, 2012), Manuwara, Ibu Budaya Jawa-Sunda, buku pertama trilogi Cerbon Pegot (2013), Cinta Bertasbih Beethoven (kumpulan cerpen, 2013), dan Ketika Cikeas Kentut (kumpulan esai, 2013).
Saking produktifnya, dalam seminggu dua sampai tiga artikelnya selalu muncul di surat kabar lokal dan nasional. Gaya tulisannya khas, selalu menyertakan kultur Indramayu dan Cirebon. Selain selalu faktual, tuturannya renyah dan mengalir.
Pensiunan Departemen Keuangan ini juga menulis naskah sinetron televisi serta beberapa esai yang diseminarkan. Terakhir, almarhum diminta Wakil Gubernur Jawa Barat Dedy Mizwar untuk menggarap skenario film televisi (FTV) berjudul Jangan Copet Dompet Wak Haji yang tengah menunggu tayang.
Selamat jalan, Bang Tandi. (UZK/S1)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 1 Oktober 2013
Pemilik nama asli Tandi bin Wanda ini meninggalkan seorang istri, Nuriya Daulay, dan tiga anak, yakni Tanti Skober, Tanta Skober, dan Nina Skober. Almarhum dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Nagrog Ujung Berung Bandung, kemarin pagi.
Menurut Iwan Fauzi, salah seorang rekannya yang juga penulis, almarhum mendapat serangan jantung saat sedang menulis di depan komputer dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Namun, penulis produktif ini wafat sekitar pukul 20.00.
Dalam status Facebook terakhirnya, almarhum mem-posting cerita pendek yang diterbitkan di harian Lampung Post: "Arsip cerpen Jangan Biarkan Bulan Tenggelam karya cerpenis keren asli Indramayu bernama Tandi Skober dimuat koran Lampung Post pada Ahad 29 September 2013."
Beberapa rekan almarhum sontak memberi ucapan belasungkawa dalam komentar rekan-rekannya. "Innalillahi wainna ilahirojiun... selamat jalan Pak Tandi... sosok inspiratif," tulis Rani Safitri.
Tandi Skober, pria kelahiran Indramayu, Jawa Barat, 22 Desember 1951 ini dikenal sebagai penulis yang hampir setiap minggu tulisannya berupa esai dan cerita pendek menghiasi beberapa surat kabar di Indonesia.
Almarhum juga telah menerbitkan beberapa buku Politik, Pelacur, dan Hehehe (novel, 2009), Seribu Sujud Seribu Masjid (novel, 2010), Ini Medan Bung (antologi, 2010), Akulah Medan (2010), Matahari Retak di Atas Cimanuk (2010), Bersyukurlah Wahai Muslimah (2010), Namaku Nairem (novel, 2012), Sperma Air Mata (kumpulan cerpen, 2012), Manuwara, Ibu Budaya Jawa-Sunda, buku pertama trilogi Cerbon Pegot (2013), Cinta Bertasbih Beethoven (kumpulan cerpen, 2013), dan Ketika Cikeas Kentut (kumpulan esai, 2013).
Saking produktifnya, dalam seminggu dua sampai tiga artikelnya selalu muncul di surat kabar lokal dan nasional. Gaya tulisannya khas, selalu menyertakan kultur Indramayu dan Cirebon. Selain selalu faktual, tuturannya renyah dan mengalir.
Pensiunan Departemen Keuangan ini juga menulis naskah sinetron televisi serta beberapa esai yang diseminarkan. Terakhir, almarhum diminta Wakil Gubernur Jawa Barat Dedy Mizwar untuk menggarap skenario film televisi (FTV) berjudul Jangan Copet Dompet Wak Haji yang tengah menunggu tayang.
Selamat jalan, Bang Tandi. (UZK/S1)
Sumber: Lampung Post, Selasa, 1 Oktober 2013
No comments:
Post a Comment