BAGAIMANA jika setiap peristiwa besar yang terjadi di dunia ini bukan sesuatu yang kebetulan? Bagaimana jika memang ada pihak di belakang layar yang merancang itu demi meraih keuntungan pribadi ataupun kelompoknya?
Pilihan Cinta Jo: Love Affair, sebuah novel yang berbasiskan kejadian nyata, berupaya menyingkap hal tersebut. Antara lain tentang berbagai konspirasi di dunia yang kerap tidak disadari masyarakat kebanyakan.
Menurut sang penulis, Wike Mathilda, karya perdananya ini merupakan sebuah novel penggambaran dari biografi Jonathan Abraham, seorang pemuda tampan berkebangsaan Amerika-Indonesia. Tidak hanya berparas rupawan, Jo juga pengusaha sukses.
Kaya dan tampan, itulah Jo. Namun, bukan berarti ia lemah dalam pelajaran maupun olahraga. Sebaliknya, pria itu digambarkan sebagai sosok 'polimatik', yakni orang yang kemampuan dan pengetahuannya tidak terbatas hanya dalam satu bidang.
Sejumlah ilmuwan kuno tergolong polimatik, misalnya saja Leonardo da Vinci. Leonardo tidak hanya terkenal dengan karya lukisan Mona Lisa, tetapi juga sosok penting di belakang penemuan helikopter, mengusai arsitektur, geologi, matematika, musik, dan masih banyak lagi.
Begitu pula dengan Jo. Dia sangat hebat dalam bermain hoki es, mahir melukis, pintar matematika, dan teramat pandai di bidang sejarah. Terkait sejarah, Jo yang memiliki nama lengkap Jonathan Putra Alfred Abraham teramat yakin bahwa sejarawan yang seharusnya mengungkapkan fakta dan kebenaran justru kerap membodohi masyarakat.
Saat berdiskusi dengan kekasihnya yang baru, yaitu Kimberly, Jo meluruskan kekeliruan sejarah yang selama ini dicekoki para sejarawan, tetapi sayangnya, telah diyakini kebenarannya oleh mayoritas masyarakat.
Misalnya saja tentang peristiwa Pesta Teh Boston (Boston Tea Party). Sama seperti orang kebanyakan, Kimberly meyakini itu merupakan sebuah peristiwa saat masyarakat Amerika Serikat yang masih koloni Inggris Raya marah akibat diharuskan membayar pajak teh.
Jo mengungkapkan bahwa sesungguhnya yang terjadi ternyata lebih kejam dari itu. Menurutnya, Inggris Raya tidak memperbolehkan Amerika Serikat membuat uang di negeri sendiri. Sebagai gantinya, Amerika Serikat diharuskan menjual obligasi untuk mendapatkan uang dan wajib mengembalikan uang tersebut berikut bunganya.
Penerbitan obligasi, terang Jo kepada Kimberly, yang nantinya menjadi ritual utama dari Wall Street Bank. Berbagai penuturan dari Jo inilah yang disajikan sang penulis dan diyakini berpotensi menggemparkan dunia. Jo diklaim mampu menciptakan kebangkrutan Amerika Serikat dalam 10 tahun ke depan.
Itu artinya novel ini sarat informasi dan mengusung tema yang tidak sembarangan. Di sinilah letak kehebatan Wike Mathilda selaku penulis novel berbasis biografi. Ia tidak menjejali tema berat kepada para pembaca, tapi menyamarkannya dengan kisah percintaan dan persahabatan sejati.
Novel ini menuturkan banyak hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya, bahkan dengan detail yang begitu lengkap sehingga pembaca akan sulit meraba apakah novel ini memang sebuah kisah nyata atau fiksi semata.
Salah satunya tentang sistem pendidikan di Universitas Yale, tempat Jo menempuh dual major (arsitektur dan EP&F--ethics, politics & economics).
Ternyata, seorang tokoh yang ada dalam novel ini memang nyata, yakni Tim Taylor, pelatih hoki es Universitas Yale sejak 1976.
Lalu, siapakah pelaku konspirasi di balik peristiwa-peristiwa besar di dunia? Untuk menerbitkan rasa penasaran para pembaca, pertanyaan itu tidak langsung dibeberkan di novel berjudul Pilihan Cinta Jo: Love Affair ini.
Novel Pilihan Cinta Jo akan muncul dalam empat subjudul, yaitu Love Affair, Love At The First Sight, It Is Hard to Say Goodbye, dan Love Will Find the Way.
Meski buku ini 'meringankan' tema berat, pembaca tetap dituntut memiliki kemampuan dalam berbahasa Inggris. Sebab, Wike Mathilda tidak hanya menuangkan gagasannya dalam bahasa Indonesia, tetapi juga dalam bahasa Inggris. (Nav/M-2)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 6 Oktober 2013
Pilihan Cinta Jo: Love Affair, sebuah novel yang berbasiskan kejadian nyata, berupaya menyingkap hal tersebut. Antara lain tentang berbagai konspirasi di dunia yang kerap tidak disadari masyarakat kebanyakan.
Menurut sang penulis, Wike Mathilda, karya perdananya ini merupakan sebuah novel penggambaran dari biografi Jonathan Abraham, seorang pemuda tampan berkebangsaan Amerika-Indonesia. Tidak hanya berparas rupawan, Jo juga pengusaha sukses.
Kaya dan tampan, itulah Jo. Namun, bukan berarti ia lemah dalam pelajaran maupun olahraga. Sebaliknya, pria itu digambarkan sebagai sosok 'polimatik', yakni orang yang kemampuan dan pengetahuannya tidak terbatas hanya dalam satu bidang.
Sejumlah ilmuwan kuno tergolong polimatik, misalnya saja Leonardo da Vinci. Leonardo tidak hanya terkenal dengan karya lukisan Mona Lisa, tetapi juga sosok penting di belakang penemuan helikopter, mengusai arsitektur, geologi, matematika, musik, dan masih banyak lagi.
Begitu pula dengan Jo. Dia sangat hebat dalam bermain hoki es, mahir melukis, pintar matematika, dan teramat pandai di bidang sejarah. Terkait sejarah, Jo yang memiliki nama lengkap Jonathan Putra Alfred Abraham teramat yakin bahwa sejarawan yang seharusnya mengungkapkan fakta dan kebenaran justru kerap membodohi masyarakat.
Saat berdiskusi dengan kekasihnya yang baru, yaitu Kimberly, Jo meluruskan kekeliruan sejarah yang selama ini dicekoki para sejarawan, tetapi sayangnya, telah diyakini kebenarannya oleh mayoritas masyarakat.
Misalnya saja tentang peristiwa Pesta Teh Boston (Boston Tea Party). Sama seperti orang kebanyakan, Kimberly meyakini itu merupakan sebuah peristiwa saat masyarakat Amerika Serikat yang masih koloni Inggris Raya marah akibat diharuskan membayar pajak teh.
Jo mengungkapkan bahwa sesungguhnya yang terjadi ternyata lebih kejam dari itu. Menurutnya, Inggris Raya tidak memperbolehkan Amerika Serikat membuat uang di negeri sendiri. Sebagai gantinya, Amerika Serikat diharuskan menjual obligasi untuk mendapatkan uang dan wajib mengembalikan uang tersebut berikut bunganya.
Penerbitan obligasi, terang Jo kepada Kimberly, yang nantinya menjadi ritual utama dari Wall Street Bank. Berbagai penuturan dari Jo inilah yang disajikan sang penulis dan diyakini berpotensi menggemparkan dunia. Jo diklaim mampu menciptakan kebangkrutan Amerika Serikat dalam 10 tahun ke depan.
Itu artinya novel ini sarat informasi dan mengusung tema yang tidak sembarangan. Di sinilah letak kehebatan Wike Mathilda selaku penulis novel berbasis biografi. Ia tidak menjejali tema berat kepada para pembaca, tapi menyamarkannya dengan kisah percintaan dan persahabatan sejati.
Novel ini menuturkan banyak hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya, bahkan dengan detail yang begitu lengkap sehingga pembaca akan sulit meraba apakah novel ini memang sebuah kisah nyata atau fiksi semata.
Salah satunya tentang sistem pendidikan di Universitas Yale, tempat Jo menempuh dual major (arsitektur dan EP&F--ethics, politics & economics).
Ternyata, seorang tokoh yang ada dalam novel ini memang nyata, yakni Tim Taylor, pelatih hoki es Universitas Yale sejak 1976.
Lalu, siapakah pelaku konspirasi di balik peristiwa-peristiwa besar di dunia? Untuk menerbitkan rasa penasaran para pembaca, pertanyaan itu tidak langsung dibeberkan di novel berjudul Pilihan Cinta Jo: Love Affair ini.
Novel Pilihan Cinta Jo akan muncul dalam empat subjudul, yaitu Love Affair, Love At The First Sight, It Is Hard to Say Goodbye, dan Love Will Find the Way.
Meski buku ini 'meringankan' tema berat, pembaca tetap dituntut memiliki kemampuan dalam berbahasa Inggris. Sebab, Wike Mathilda tidak hanya menuangkan gagasannya dalam bahasa Indonesia, tetapi juga dalam bahasa Inggris. (Nav/M-2)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 6 Oktober 2013
No comments:
Post a Comment