PEBISNIS dan aktivis. Kebanyakan orang melihat mereka sebagai hal yang dikotomis. Ketika bisnis lazimnya hanya mementingkan bagaimana marketing berjalan agar mencapai keuntungan perusahaan, umumnya tak selaras dengan kemanusiaan dan lingkungan. Namun, tak begitu adanya dengan pendiri The Body Shop, Anita Roddick. Semasa hidupnya, Anita telah banyak memberikan inspirasi kepada masyarakat dunia.
Buku ini menampilkan kekuatÂan story telling yang dimiliki Anita sehingga mudah menginspirasi orang,†ujar CEO of The Body Shop Indonesia Suzy Hutomo dalam peluncuran buku autobiografi Anita Roddick yang berjudul Business as Unusual pada Ubud Writers & Readers Festival 2013 di Ubud, Bali, Sabtu (12/10).
Anita, dalam pandangannya, bukanlah tipe pemimpin yang hanya duduk di belakang meja dan memberi perintah kepada para bawahan. Perempuan asal Inggris itu pejuang yang bepergian ke berbagai daerah di dunia. “Salah satu pengalaman yang dituliskan dalam buku ini ialah bagaimana ia datang ke perkebunan tembakau di Meksiko dan tergerak ketika mengetahui bagaimana penderitaan pekerja di sana. Sungai-sungai mereka tercemar limbah beracun hingga bayi mereka ada yang terlahir cacat,†tutur Suzy
Dalam buku tersebut, Anita pun mengisahkan bagaimana perusahaan industri hiburan raksasa Amerika Serikat memberikan upah yang tidak layak bagi buruh mereka di Thailand. Atau bagaimana perusahaan miÂnyak Prancis bekerja sama dengan diktator militer Myanmar membungkam demokrasi negara tersebut. “Saya 100% businesswoman dan 100% aktivis. Jangan dipertentangkan,†tutur pendiri dan CEO of Markplus Hermawan Kartajaya.
Dia menilai Anita sebagai marketer terbaik meski Anita sendiri antikonsep-konsep marketing. “Saya anti-CSR dan anti-marketing karena mereka tidak tulus, bagitu Anita bilang. Maka dia menerapkan konsep Marketing 3.0, yaitu konsep yang tidak hanya mengutamakan produk bagus dan customer senang, tapi juga memperhatikan spritual customer,†papar Hermawan.
Selama bertahun-tahun, Anita bersama The Body Shop telah menunjukkan bagaimana bisnis dapat dijalankan untuk mengubah dunia menjadi lebih baik. “Mengangkat masyarakat dari kemiskinan, tidak bisa hanya dengan mengandalkan LSM atau pemerintah, tetapi harus melibatkan bisnis, tapi bisnis yang mendorong pemakaian bahan-bahan ramah lingkungan,â€
Ia mencontohkan Business as Unusual versi bahasa Indonesia diluncurkan The Body Shop Indonesia dan penerbit buku Gramedia Pustaka Utama. Buku yang pertama kali diluncurkan pada 2006 itu telah dialihbahasakan ke dalam 23 bahasa di penjuru dunia. “Jangan membayangkan buku bisnis yang biasa ditemui. Ini bukan jenis buku ‘how to become the most successful businessman in the World’. Buku ini gabungan catatan perjalanan, pemikiran, obsesi, dan resep menjalankan bisnis dengan prinsip keadilan sosial yang progresif,†ungkapnya.
Anita pencerita yang sangat baik dengan gaya bahasa seperti novel sehingga memudahkannya meÂnerjemahkan buku itu dalam waktu tiga bulan. Kisah jujur dan gamblang tentang keberhasilan dan kegagalan dalam mengembangkan The Body Shop mengalir dalam 12 bab sendiri. Buku ini sangat relevan di negara mana pun tempat jiwa-jiwa wirausaha tumbuh subur merintis bisnis mereka, termasuk Indonesia. (Nat/M-2)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 20 Oktober 2013
Buku ini menampilkan kekuatÂan story telling yang dimiliki Anita sehingga mudah menginspirasi orang,†ujar CEO of The Body Shop Indonesia Suzy Hutomo dalam peluncuran buku autobiografi Anita Roddick yang berjudul Business as Unusual pada Ubud Writers & Readers Festival 2013 di Ubud, Bali, Sabtu (12/10).
Anita, dalam pandangannya, bukanlah tipe pemimpin yang hanya duduk di belakang meja dan memberi perintah kepada para bawahan. Perempuan asal Inggris itu pejuang yang bepergian ke berbagai daerah di dunia. “Salah satu pengalaman yang dituliskan dalam buku ini ialah bagaimana ia datang ke perkebunan tembakau di Meksiko dan tergerak ketika mengetahui bagaimana penderitaan pekerja di sana. Sungai-sungai mereka tercemar limbah beracun hingga bayi mereka ada yang terlahir cacat,†tutur Suzy
Dalam buku tersebut, Anita pun mengisahkan bagaimana perusahaan industri hiburan raksasa Amerika Serikat memberikan upah yang tidak layak bagi buruh mereka di Thailand. Atau bagaimana perusahaan miÂnyak Prancis bekerja sama dengan diktator militer Myanmar membungkam demokrasi negara tersebut. “Saya 100% businesswoman dan 100% aktivis. Jangan dipertentangkan,†tutur pendiri dan CEO of Markplus Hermawan Kartajaya.
Dia menilai Anita sebagai marketer terbaik meski Anita sendiri antikonsep-konsep marketing. “Saya anti-CSR dan anti-marketing karena mereka tidak tulus, bagitu Anita bilang. Maka dia menerapkan konsep Marketing 3.0, yaitu konsep yang tidak hanya mengutamakan produk bagus dan customer senang, tapi juga memperhatikan spritual customer,†papar Hermawan.
Selama bertahun-tahun, Anita bersama The Body Shop telah menunjukkan bagaimana bisnis dapat dijalankan untuk mengubah dunia menjadi lebih baik. “Mengangkat masyarakat dari kemiskinan, tidak bisa hanya dengan mengandalkan LSM atau pemerintah, tetapi harus melibatkan bisnis, tapi bisnis yang mendorong pemakaian bahan-bahan ramah lingkungan,â€
Ia mencontohkan Business as Unusual versi bahasa Indonesia diluncurkan The Body Shop Indonesia dan penerbit buku Gramedia Pustaka Utama. Buku yang pertama kali diluncurkan pada 2006 itu telah dialihbahasakan ke dalam 23 bahasa di penjuru dunia. “Jangan membayangkan buku bisnis yang biasa ditemui. Ini bukan jenis buku ‘how to become the most successful businessman in the World’. Buku ini gabungan catatan perjalanan, pemikiran, obsesi, dan resep menjalankan bisnis dengan prinsip keadilan sosial yang progresif,†ungkapnya.
Anita pencerita yang sangat baik dengan gaya bahasa seperti novel sehingga memudahkannya meÂnerjemahkan buku itu dalam waktu tiga bulan. Kisah jujur dan gamblang tentang keberhasilan dan kegagalan dalam mengembangkan The Body Shop mengalir dalam 12 bab sendiri. Buku ini sangat relevan di negara mana pun tempat jiwa-jiwa wirausaha tumbuh subur merintis bisnis mereka, termasuk Indonesia. (Nat/M-2)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 20 Oktober 2013
No comments:
Post a Comment