Thursday, March 29, 2012

RSBI Jangan Kesampingkan Bahasa Ibu

-- Lusia Kus Anna
|
Kompas.com - Pengelola Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dan sekolah internasional diharapkan tidak mengesampingkan pembelajaran bahasa ibu, baik bahasa daerah maupun bahasa nasional.

Hal tersebut disampaikan kepala balai bahasa Semarang, Pardi Suratno, dalam seminar "Kebahasaan dan Kesastraan Dalam Rangka Hari Bahasa Ibu Internasional: Peran Bahasa Ibu Dalam Pendidikan Karakter" di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (29/3/12).
    
Ia mengakui, saat ini memang ada semacam pandangan bahwa sekolah berlabel internasional meminggirkan bahasa daerah dan nasional, karena lebih mementingkan pembelajaran dan penguasaan bahasa asing, yakni Inggris.
    
Padahal, kata dia, pembelajaran bahasa daerah dan nasional di sekolah menjadi langkah pelestarian kebudayaan lokal, mengingat bahasa merupakan wadah kehidupan, cerminan kebudayaan, dan kehidupan masyarakat.
    
"Kalau sampai bahasa hilang, kebudayaan akan hilang. Karena itu, tidak seharusnya kualitas pembelajaran di RSBI maupun sekolah berlabel internasional semata-mata diukur dari penguasaan bahasa asing," katanya.
    
Berkaitan dengan bahasa ibu, ia berpandangan bahwa bahasa ibu merupakan bahasa yang pertama diterima anak ketika lahir, karena itu tidak harus selalu bahasa daerah, namun bisa saja bahasa ibu adalah bahasa nasional.
    
Menurut dia, Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu bisa saja terjadi pada pasangan perkawinan campuran lintas suku, misalnya suku Jawa dengan Papua yang biasanya dalam percakapan sehari-hari menggunakan Bahasa Indonesia.
    
"Baik bahasa daerah maupun bahasa nasional tidak boleh dikesampingkan dalam pembelajaran di sekolah, termasuk sekolah-sekolah berlabel internasional," katanya.
    
Ia menjelaskan, pemaknaan bahasa seharusnya ditempatkan semestinya, yakni bahasa daerah untuk membangun identitas kedaerahan, bahasa nasional untuk membangun identitas nasional dan semangat cinta tanah air.
    
"Bahasa internasional harus dimaknai sebagai langkah mempersiapkan untuk menjelajah dunia internasional, terkait posisi sebagai bagian dari warga negara dunia. Ketiganya harus dimaknai dalam porsi seimbang," kata Pardi.
    
Sementara itu, Kepala Seksi Kurikulum Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Jawa Tengah Hari Wuljanto pada kesempatan sama mengungkapkan pentingnya pembelajaran bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa.
    
Pendidikan, kata dia, sebagai proses pemberdayaan, pembudayaan, dan pemanusiaan dipandang penting ikut dalam upaya mempertahankan dan melestarikan bahasa yang ditegaskan pula dalam sistem pendidikan nasional.

Sumber: Edukasi, Kompas.com, Kamis, 29 Maret 2012

No comments: