Monday, March 19, 2012

IKJ Beri Penghargaan kepada Dunia Seni Peran

-- Buyung Wijaya Kusuma & Robert Adhi Ksp

JAKARTA, KOMPAS.com — Institut Kesenian Jakarta sebagai perguruan tinggi seni yang berusia 42 tahun memberi apresiasi kepada tokoh yang memberikan perhatian khusus kepada dunia seni peran, dalam hal ini akting. Penghargaan diberikan kepada sutradara, produser, wartawan, dan institusi, seperti televisi.

Tokoh yang mendapat penghargaan dinilai sungguh sangat mewarnai dunia seni peran dalam industri hiburan Indonesia (teater, film, sinetron). Hal ini dapat dilihat dari pencapaian beberapa aktor Indonesia yang pernah menekuni kuliah seni peran di Jurusan Teater IKJ, seperti Didi Petet, Mathias Muchus, Eeng Saptahadi, Fanny Fadilla, Yadi Timo, Cok Simbara, Edi Riwanto, Derry Drajat, Sys NS, Agus PM TOH, Epy Kusnandar, Yayu AW Unru, Anna Pinem, Eno TB, Jose Rizal, Edwin, dan Jody.

Pada saat yang sama lahir juga para pemain yang terkesan "dikarbit" dan dipaksakan.

"Tentu kita bisa lihat sendiri di media televisi banyak pemain instan yang aktingnya karbitan. Nah, kami memberi apresiasi kepada siapa saja yang masih peduli serta memberikan perhatian khusus kepada dunia seni peran dalam hal ini akting. Baik itu sutradara, produser, wartawan, institusi, seperti televisi, dll " ujar Egy Massadiah, anggota Teater Mandiri, yang bertindak sebagai penasihat teknis dalam acara "Penghargaan IKJ" 2012 kepada wartawan.

Penghargaan IKJ ini dilatar belakangi perkembangan industri media hiburan Film, Sinetron, Teater di Indonesia yang saat ini secara kuantitas sangat pesat dan dinamis. Pertumbuhan industri hiburan kreatif ini tidak dimbangi perkembangan unsur Seni Peran yang merupakan etalase utama dari media hiburan ini.

Sebuah produksi film, sinetron, teater, akan melahirkan bintang dan itu didapat dari permainan akting. "Perkembangan industri hiburan tumbuh sangat pesat dan pertumbuhan produksi ini melahirkan konsekuensi hilangnya 'jiwa seni peran' para pemain dan salah satu penyebabnya adalah profit orientation yang berlebihan dari produsen," tutur Egy.

Dalam pelaksanaan acara ini, Institut Kesenian Jakarta akan memberikan penghargaan kepada pekerja seni yang berkontribusi langsung kepada perkembangan Seni Peran dalam setiap karyanya dan ini menjadi basis penilaian setiap kategori Penghargaan IKJ.

Untuk menjaga independensi, penghargaan ini tidak diberikan kepada alumni, mahasiswa, dan dosen Institut Kesenian Jakarta, tetapi diberikan kepada pekerja seni yang mendedikasikan hidupnya untuk perkembangan seni peran di Indonesia melalui media film, televisi, teater.

Adapun jenis kategori penghargaan adalah sutradara, aktor, akrtis, pengamat/penulis, pengabdian sepanjang masa, pendukung kegiatan seni peran, media pendukung ekspresi seni peran. Komitmen pemberian penghargaan ini diharapkan dapat mendorong apresiasi masyarakat terhadap perkembangan seni peran sehingga melahirkan permainan akting artis yang melahirkan "soul acting" di media film, sinetron, dan panggung yang dapat dinikmati penonton. Penyelenggaraan acara Penghargaan IKJ ini direncanakan pada 18 April 2012 di Gedung Graha Bhakti Budaya, Kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.

Acara pemberian Penghargaan IKJ ini dikemas dalam bentuk pertunjukan kolaborasi berbagai seni, seperti akting, musik, tari, visualisasi puisi, wayang, dan pantomim, yang dikemas secara unik dan hangat serta penuh totalitas juga kejutan. Para penampil antara lain adalah 1.000 Ekspresi Akting, Standing Comedy oleh Epy Kusnandar, Pantomim oleh Yayu AW Unru, PM TOH oleh Agus Nur Amal, Hip Hop Dance oleh JeckoSDANCE, Visualisai Puisi oleh Yose Rizal, DikDoang, Naif Band, dan Ubiet; Wayang Suket oleh Slamet Gundono, dan Orasi Akting oleh Sys NS.

"Kami ingin membagi edukasi kepada masyarakat serta penonton film, sinetron, dan teater tentang permainan seni peran yang benar juga tepat sebagai bagian dari unsur terpenting produksi film, sinetron, dan teater," tutur Egy.

Sumber: Oase, Kompas.com, Senin, 19 Maret 2012

No comments: