KANCAH sastra Indonesia dalam beberapa tahun terakhir bukan sekadar dikuasai kaum dewasa. Anak-anak dan remaja pun sudah memasukinya. Bukan hanya sebagai penikmat sastra, namun juga penulis-penulis berbakat. Salah satunya adalah Ahmad Ataka Awwalur Rizqi, murid kelas III SMP yang bermukim di Yogyakarta.
Sebagai wujud apresiasi dan untuk mendorong kreativitas para penulis muda, Bataviase Nouvelles Cafe-Gallery bekerja sama dengan penerbit Copernican, Jagad Media, dan Bulanglinggi, akan mengadakan acara khusus untuk mendengar kreativitas Ataka dalam mengurai imaji kanak-kanaknya menjadi sebuah karya besar yang mengisi awal 2007. Acara itu akan diadakan di Bataviase Nouvelles Cafe-Gallery yang terletak di kawasan Jalan Veteran I, Jakarta Pusat, Sabtu (17/2) siang.
Dalam acara tersebut, menurut rencana akan hadir pula Arswendo Atmowiloto, sastrawan yang telah banyak melahirkan karya-karya fenomenal, seperti Senopati Pamungkas dan Keluarga Cemara. Arswendo akan hadir untuk mengupas karya terbaru Ataka. Di luar itu, akan digelar pula pemutaran film animasi karya sutradara Sigit Aryansah, dan pameran ilustrasi karya Catur Ary.
Ataka yang dibesarkan di Banyuwangi, Jawa Timur, kini tinggal bersama orangtuanya di Yogyakarta. Ia belum pernah mengunjungi Eropa, benua yang menjadi inspirasi khayalnya dalam menciptakan karya fiksi. Ataka menciptakan sebuah negeri dongeng lengkap dengan makhluk-makhluk khayal dan cerita fantastis dalam serial bukunya Misteri Pedang Skinheald.
Ketekunannya dalam menulis terbukti dengan kemampuannya mencipta lima novel hanya dalam rentang waktu yang singkat. Tiga karya di antaranya sudah diterbitkan dan dua sedang dalam persiapan naik cetak.
Menyelamatkan Dunia
Buku terbarunya Misteri Pedang Skinheald II - Awal Petualangan Besar berkisah tentang petualangan besar dua manusia, satu penyihir, satu elf (peri/jin), dan satu dwarf (manusia katai) yang bersatu padu membentuk barisan Lima Sekawan. Tiga ras makhluk berbeda tersebut membelah benua Ethav Andurin untuk menyelamatkan dunia dari hitamnya kejahatan Baron, Topeng Kematian, Sepuluh Setan, dan Gilford, sang Jendral Kegelapan.
Novel Misteri Pedang Skinheald II - Awal Petualangan Besar ini, akan membawa pembaca pada pilihan-pilihan keputusan Lima Sekawan dalam menghadapi peliknya kehidupan dunia antah-berantah. Sebuah dunia yang berisi berbagai macam ras dan makhluk dengan karakter yang berbeda-beda.
Ada manusia-manusia penggosip yang hidup di kota Hurton dengan wali kotanya yang bodoh; penduduk Mariatta yang beradab, santun, ramah, dan sangat mencintai tradisi masa lampau; penduduk Desa Tron yang suka mencatat sejarah desa, kaum dwarf yang mencintai kesenian dan seni bangunan tata kota, golongan elf yang terkenal dengan seni pembuatan pedang, dan banyak lagi.
Termasuk tokoh-tokoh "dunia hitam" seperti drak elf, makhluk kutukan yang dipimpin King dan bisa bicara dengan burung karena mempunyai sihir tingkat tinggi, makhluk-makhluk buas di padang rumput dekat Pegunungan Mentari, serta beragam makhluk aneh lainnya.
Dalam novel itu dikisahkan seorang yang bernama Robin. Dia adalah seorang guru muda di sekolah biologi Ayo Bertanam Singkong. Namun karena angka kelahirannya membuat dirinya terseret ke dalam peperangan besar membasmi kejahatan karena dialah satu-satunya manusia yang ditakdirkan sebagai pembuka segel Pedang Skinheald.
Lalu bisakah Eric, sang kesatria Selatan dan Hayflay, penyihir Putih Kelabu, juga Alva (elf), serta Oni (dwarf), mengawal Robin sampai ke Pulau Fa untuk membuka segel Pedang Skinheadl di atas Bukit Launcher?
Simak saja kisahnya dalam novel setebal 660 halaman hasil karya Ataka, penulis remaja berumur 14 tahun yang masih duduk di kelas IX, SMP 5 Yogyakarta. [PR/B-8]
Sumber: Suara Pembaruan, Rabu, 14 Februari 2006
No comments:
Post a Comment