JAKARTA (Media): Didorong keprihatinan terhadap adanya kesenian dan budaya asli Sunda yang diklaim orang asing, paguyuban Simpay Wargi Urang meluncurkan situs internet.
Situs yang diluncurkan itu beralamat www.simpay-wargiurang.com. Dengan situs itu, Simpay Wargi Urang akan memasukkan informasi mengenai berbagai bentuk kesenian dan kebudayaan masyarakat Sunda.
Beragam kesenian dan kebudayaan Sunda akan dipatenkan melalui situs itu. Tujuannya agar pihak asing tidak bisa mengklaim kesenian asli tatar Parahyangan itu sebagai milik mereka.
"Jangan sampai kejadian lagi, angklung atau tempe diklaim oleh pihak asing. Nah, melalui internet yang bisa diakses di mana-mana, diharapkan orang bisa tahu apa saja kesenian dan benda budaya yang dimiliki kita," ungkap Dede Yusuf, penggagas situs itu.
Simpay Wargi Urang dalam bahasa Indonesia berarti ikatan warga kita. Simpay Wargi Urang merupakan paguyuban yang beranggotakan masyarakat Sunda yang berkumpul demi melestarikan kesenian dan kebudayaan Sunda.
Paguyuban ini digagas sejumlah budayawan, artis, dan tokoh Sunda. Di antaranya Acil Bimbo, Sam Bimbo, Dede Yusuf, Inge Kansil, Adang Daradjatun, Anjasmara, dan Denny Chandra.
"Kita merasa prihatin melihat kebudayaan dan kesenian Sunda belakangan hari kian ditinggalkan oleh kalangan anak muda. Perkembangan teknologi informasi membuat mereka lupa pada kebudayaan dan keseniannya sendiri," ungkap Adang dalam peluncuran situs itu di Jakarta, beberapa hari lalu.
Salah satu anggota tim kreatif pembuat situs, Inge Kansil menambahkan, Simpay Wargi Urang menerima masukan dari siapa saja yang ingin memberikan informasi mengenai kesenian atau kebudayaan tradisional Sunda.
Diharapkan dengan diluncurkan situs yang menginformasikan kesenian dan kebudayaan Sunda akan mendorong orang asing untuk tidak semena-mena mengklaim sebagai milik mereka. Dalam situs itu, informasi seputar angklung akan dilengkapi mengenai sejarah dan perkembangannya. Sehingga masyarakat luar mengetahui bahwa angklung sudah mulai dimainkan tahun berapa di Tanah Sunda. Mereka juga mengetahui siapa penemu dan pelopornya.
"Sehingga orang tidak seenaknya lagi bisa mengklaim. Sayangnya, untuk angklung sudah terlambat karena keburu diklaim oleh Malaysia," sesal Dede. (Eri/H-3).
Sumber: Media Indonesia, Jumat, 09 Februari 2007
No comments:
Post a Comment