Sunday, January 29, 2012

Teknologi dan Tanda Zaman Senirupa

-- Dantje S Moeis

PENONTON dan pemerhati, juga adalah konsumen dunia seni rupa. Konsumen pada dunia senirupa tidak selalu berarti pembeli atau kolektor karya seni jenis ini, tapi juga mereka yang memperkaya pemahaman atau yang menggunakan daya aksesnya secara aktif maupun pasif terhadap segala sisi, baik perkembangan maupun keberadaan dunia seni rupa, terutama yang berada di ruang pamer. Kerena setakat ini, ruang pamerlah yang dianggap layak dan efektif sebagai jembatan komunikasi antara karya senirupa dengan konsumennya (dalam konteks ini penonton dan pemerhati).

Lazim sebagai upaya memperkaya pemahaman serta keadaan karya seni di Riau (Pekanbaru) atau di mana saja, selalu diwakili oleh tulisan-tulisan kritik seni di media-media massa terutama yang menyediakan ruang khusus seni. Tentunya kadar tulisan yang ada di sana adalah tulisan-tulisan yang serius, dibuat oleh para kritikus/pemerhati seni, berisi analisa dan kajian tertentu atas fenomena seni terkini. Tulisan ini dibuat untuk mendengar ucapan-ucapan, pendapat, komentar dari sisi kritikus/pemerhati mengenai acara seni yang disambanginya.

Dalam urusan terkait senirupa, minimnya (hampir tidak ada) tulisan yang diharap dapat jadi jembatan komunikasi, baik tentang kualitas, perkembangan yang dapat mengisi pemahaman masyarakat tentang karya senirupa yang dihasilkan oleh seniman perupa Riau. Sedangkan proses perkembangannya di luar sana terus berlanjut, baik dari sisi teknik, kualitas serta penyelarasan dan pemanfaatan teknologi yang berkembang pesat. Nah disinilah peran pemerhati aktif diharapkan. Namun apabila pameran senirupa secara berkala atau temporer pun tak mampu hadir di ruang pamer, tentu jembatan pemahaman tentang nilai praktis, teoritis teknis maupun nilai-nilai lainnya dari sebuah karya senirupa aktual tentu takkan pernah ada pula.

Secara faktual, perkembangan senirupa di Indonesia cukup berkembang pesat dan mampu memanfaatkan teknologi yang berkembang laju. Gaung kecanggihan software yang berbagai nama terus menggema di seluruh dunia. Digitalisasi berkembang subur bak jamur di musim hujan dan secara multidimensi, tak terkecuali pada bidang seni lukis. Sebelum lahirnya teknologi software ini, banyak orang beranggapan bahwa tidak mungkin dapat melukis atau membuat gambar dengan komputer. Anggapan itu lenyap seketika setelah muncul beberapa software yang mampu berperan sebagai bidang kanvas yang digital.

Seperti diketahui, hingga kini sudah tak terhitung lagi berapa jumah software yang berkembang sebagai sarana pengolah gambar secara digital. Meski begitu, Adobe Photoshop adalah pilihan yang setakat ini pas dan memiliki ranking tertinggi sebagai satu-satunya software untuk keperluan pemaduan gambar rencana, photography, memoles gambar, manipulasi photo, disain grafis, lukisan digital, dan masih banyak lagi keperluan lain yang mengandalkan program yang terkenal cerdas dan handal itu.

Wajah senirupa (lukis) Indonesia sudah berubah. Pemahaman terhadap senirupa belakangan ini sudah bukan lagi sebatas kanvas, kuas bulu dan cat, melainkan sudah merambah ke berbagai media, alat dan pewarna yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Para seniman (pembaharu) yang menggunakan media baru ini, ibarat Gallileo yang menemukan teropong. Teropong itu tidak hanya memberikan ‘’pemandangan baru’’ namun, teropong itu juga, telah memberikan kontribusi bagi reinterpretasi cara pandang terhadap media dalam sebuah karya. Sementara beberapa seniman menggali kedalaman media baru, sementara yang lain juga hadir dengan memanfaatkan kepekatan nilai interaktif antara karya dengan penontonnya. Karya ini tentu saja tidak hanya dapat dilihat dari sudut tertentu, namun juga memberikan kesempatan bagi penonton untuk berinteraksi dengan karya itu.

Karya lukis yang kemudian dengan kata sepakat diberi nama dan berjenis lukisan digital (digital painting), adalah bentuk seni yang muncul di mana teknik melukis tradisional seperti cat air , cat minyak, acrilyc, tempera dan lain sebagainya akan diterapkan dengan menggunakan perangkat digital melalui sebuah komputer. Lukisan digital berbeda dari bentuk-bentuk seni digital, khususnya yang dihasilkan seni komputer, dalam hal ini tidak melibatkan komputer rendering (salinan) dari model. Seniman menggunakan teknik melukis untuk menciptakan lukisan digital secara langsung pada komputer. Semua program lukisan digital mencoba untuk meniru penggunaan media fisik melalui berbagai efek kuas dan cat. Terlalu tehnis sifatnya apabila tahapan-tahapan yang merupakan proses pengerjaan sebuah karya digital painting kalau saya sampaikan di sini. Karena pengalaman yang bersifat empirik dan kecenderungan individu perupa sangat berlaku di sini seperti juga pada proses pengerjaan karya seni-lukis konvensional.

Sosok perempuan bernama Magdalena (Rotua Magdalena P. Agung) adalah salah satu dari sekian banyak perupa Indonesia masa kini yang cenderung berkiprah melalui karya ekspresi seni digital painting (contemporer), Magda dikenal sebagai perupa yang awalnya memilih bidang seni grafis dalam dekade hampir bersamaan dengan rekannya sesama perupa Almarhumah Marida Nasution & Anna Zuchriana, mereka sama-sama telah menempuh kuliah dan memilih bidang seni grafis, dan Magda tercatat sebagai Mahasiswi Angkatan 1990 jurusan seni murni, program study seni grafis di Fakultas Seni Rupa dan Desain IKJ (FSRD IKJ).

Perupa Indonesia lainnya yang juga berkiprah dengan karyanya melalui tehnik digital antara lain perupa seperti FX. Harsono, salah satu sosok perintis perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia, yang telah banyak menghasilkan karya seni digital dan menunjukkan kemampuan memadu teknologi fotografi dan idiom computer imaging, juga perupa Devy yang lama berkecimpungan didunia seni grafis konvensional terutama kemahirannya dibidang tehnik etsa dan telah turut andil dalam mengenalkan seni digital baru melalui proses pengembangan dibidang seni grafis dengan cara memperdalam bidang seni digital di dinegara barat diantaranya di Canada, Jerman. Devy dikenal juga sebagai salah satu pendiri Studio dan Galleri Red Point. Bandung sumbangsihnya yang besar untuk turut andil dalam memberi apresiasi seni didunia seni grafis khususnya pada masyarakat pencinta seni serta kiprahnya sebagai perupa seni Grafis.

Kita di Riau juga memerlukan sosok-sosok perupa yang rajin bereksplorasi dari berbagai aspek sehingga melahirkan sesuatu karya senirupa yang baru dan selalu terus membaharu hingga tercatat zaman. Namun semua itu menjadi tak berarti apa-apa tanpa dukungan dan perhatian pihak berkompeten, apalagi pihak yang sebenar-benarnya ditugasi untuk mengurus itu, untuk memberikan kesempatan dan sarana berpameran sebagai laluan konsumen untuk ditonton, diamati, ditulis dan dikritisi sehingga kita seniman Riau menjadi tak tertinggal sangat.

Dantje S Moeis, Seniman perupa, redaktur majalah budaya Sagang, dosen luar-biasa pada Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR).

Sumber: Riau Pos, Minggu, 29 Januari 2012

No comments: