SAIFUL Bahri bukan saja telah berjasa besar kepada tanah airnya (Indonesia) tetapi juga Malaysia. Ini karena selain pernah berkhidmat sebagai pegawai khas kepada Menteri Penerangan ketika itu (Senu Abdul Rahman) dia juga turut memegang jawatan sebagai Pengarah Musik di Filem Negara Malaysia (FNM).
MUSIK adalah kemahirannya, dan dengan itu lahirlah banyak lagu patriotik Malaysia termasuk ‘’Malaysia Berjaya’’ yang tetap segar sampai ke hari ini, ‘’Muhibbah’’ dan ‘’Perajurit Tanahair’’ yang dinyanyikan oleh Jamaluddin Alias. Lagu Kebangsaan Negeri Selangor yang ada sekarang adalah ciptaannya, dan karena jasanya itu Sultan Selangor telah menganugerahkan pingat Setia Mahkota Selangor (SMS).
Saiful Bahri lahir di Payakumbuh, Sumatera pada 19 September 1924, dan mendapat pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Kayutaman, Sumatera, dan di situlah bakat musiknya terselah kemudian ditubuhkannya satu kumpulan musik. Apabila berpindah ke Jakarta mengadu untung dan nasib, pada tahun 1940 Saiful Bahri terpilih menganggutai Orkes Studio Jakarta sebagai pemain biola dan sepuluh tahun kemudian dia sampai ke peringkat sebagai pemimpin Orkes Studio Jakarta dari tahun 1950 hingga 1960.
Dalam tahun 1960, Saiful Bahri bersama Titiek Puspa, Bing Slamet, Sam Saimun, S Effendy dan Mokhtar Embut telah melakukan lawatan ke beberapa negeri di Malaysia (Malaya) dengan membuat pertunjukan pentas yang mendapat sambutan hangat.
Ketika berada di Malaya itulah timbul ilham Saiful Bahri mencipta lagu ‘’Semalam di Malaya’’ (nyanyian S Effandy) kemudian dijadikan film berjudul ‘’Semalam di Malaysia’’ dengan bintang utama Sam Bimbo dan Norzie Nani.
Karena tertarik dengan Malaysia, Saiful Bahri menjadikan Malaysia sebagai tempat kediamannya, dan selain ‘’Semalam Di Malaya’’ lagu-lagu lain ciptaannya termasuklah ‘’Senjakala’’, ‘’Surat Tak Bernama’’, ‘’Kenangan Masa’’ dan ‘’Fajar Harapan’’.
Selain NV Perfini, Saiful Bahri juga turut menghasilkan musik untuk syarikat film Bintang Surabaya dan Golden Arrow. Saiful Bahri pernah menyanyi dan berlakon dalam film Terimalah Laguku (1952) yang turut dibintangi Raden Ismail dan Titi Savitri.
Di Studio Merdeka dia turut terlibat dengan musik (menggunakan nama Surya Buana) untuk film Jauh Di Mata (1964) arahan Fred Young dan dibintangi oleh Abdullah Chik dan Sofia Ibrahim. Dia juga turut menyanyi.
Film tersebut dipadankan dari film Indonesia Lenggang Djakarta keluaran pada 1953 yang turut melibatkan dirinya. Saiful Bahri meninggal dunia di Tokyo, Jepang pada 5 Disember 1976.
Film pertama yang dibintangi oleh Indriati Iskak. Film ini memenangi anugerah penghargaan dalam Festival Film Indonesia Ke-2 (FFI2) 1960 untuk musik terbaik (Saiful Bahri). Film ini mulai ditayangkan serentak di New Alhambra dan Odeon, Katong, Singapura sempena menyambut Hari Raya Haji pada 28 Juni 1958.
Berikutnya kejayaan box office yang dicapainya, Usmar Ismail mengarahkan pula Asrama Dara (1958) dengan mengekalkan lakonan Chitra Dewi, Rendra Karno, Fifi Young dan Bambang Irawan ditambah dengan Suzzana, Bambang Hermato dan Aminah Cendrakasih tetapi sambutannya kurang berjaya.(fed/berbagai sumber)
Sumber: Riau Pos, Minggu, 17 Februari 2013
MUSIK adalah kemahirannya, dan dengan itu lahirlah banyak lagu patriotik Malaysia termasuk ‘’Malaysia Berjaya’’ yang tetap segar sampai ke hari ini, ‘’Muhibbah’’ dan ‘’Perajurit Tanahair’’ yang dinyanyikan oleh Jamaluddin Alias. Lagu Kebangsaan Negeri Selangor yang ada sekarang adalah ciptaannya, dan karena jasanya itu Sultan Selangor telah menganugerahkan pingat Setia Mahkota Selangor (SMS).
Saiful Bahri lahir di Payakumbuh, Sumatera pada 19 September 1924, dan mendapat pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Kayutaman, Sumatera, dan di situlah bakat musiknya terselah kemudian ditubuhkannya satu kumpulan musik. Apabila berpindah ke Jakarta mengadu untung dan nasib, pada tahun 1940 Saiful Bahri terpilih menganggutai Orkes Studio Jakarta sebagai pemain biola dan sepuluh tahun kemudian dia sampai ke peringkat sebagai pemimpin Orkes Studio Jakarta dari tahun 1950 hingga 1960.
Dalam tahun 1960, Saiful Bahri bersama Titiek Puspa, Bing Slamet, Sam Saimun, S Effendy dan Mokhtar Embut telah melakukan lawatan ke beberapa negeri di Malaysia (Malaya) dengan membuat pertunjukan pentas yang mendapat sambutan hangat.
Ketika berada di Malaya itulah timbul ilham Saiful Bahri mencipta lagu ‘’Semalam di Malaya’’ (nyanyian S Effandy) kemudian dijadikan film berjudul ‘’Semalam di Malaysia’’ dengan bintang utama Sam Bimbo dan Norzie Nani.
Karena tertarik dengan Malaysia, Saiful Bahri menjadikan Malaysia sebagai tempat kediamannya, dan selain ‘’Semalam Di Malaya’’ lagu-lagu lain ciptaannya termasuklah ‘’Senjakala’’, ‘’Surat Tak Bernama’’, ‘’Kenangan Masa’’ dan ‘’Fajar Harapan’’.
Selain NV Perfini, Saiful Bahri juga turut menghasilkan musik untuk syarikat film Bintang Surabaya dan Golden Arrow. Saiful Bahri pernah menyanyi dan berlakon dalam film Terimalah Laguku (1952) yang turut dibintangi Raden Ismail dan Titi Savitri.
Di Studio Merdeka dia turut terlibat dengan musik (menggunakan nama Surya Buana) untuk film Jauh Di Mata (1964) arahan Fred Young dan dibintangi oleh Abdullah Chik dan Sofia Ibrahim. Dia juga turut menyanyi.
Film tersebut dipadankan dari film Indonesia Lenggang Djakarta keluaran pada 1953 yang turut melibatkan dirinya. Saiful Bahri meninggal dunia di Tokyo, Jepang pada 5 Disember 1976.
Film pertama yang dibintangi oleh Indriati Iskak. Film ini memenangi anugerah penghargaan dalam Festival Film Indonesia Ke-2 (FFI2) 1960 untuk musik terbaik (Saiful Bahri). Film ini mulai ditayangkan serentak di New Alhambra dan Odeon, Katong, Singapura sempena menyambut Hari Raya Haji pada 28 Juni 1958.
Berikutnya kejayaan box office yang dicapainya, Usmar Ismail mengarahkan pula Asrama Dara (1958) dengan mengekalkan lakonan Chitra Dewi, Rendra Karno, Fifi Young dan Bambang Irawan ditambah dengan Suzzana, Bambang Hermato dan Aminah Cendrakasih tetapi sambutannya kurang berjaya.(fed/berbagai sumber)
Sumber: Riau Pos, Minggu, 17 Februari 2013
No comments:
Post a Comment