-- Tri Agung Kristanto & Marcus Suprihadi
JAKARTA, KOMPAS.com- Dalam penulisannya, buku tidak boleh salah sama sekali. Apalagi, dalam penulisan nama tokoh, karena buku akan menjadi catatan sejarah yang berusia panjang dan menjadi acuan.
Atmakusumah Astraatmadja bersama istrinya, Sri Rumiati Atmakusumah, saat berbicara dalam diskusi penulisan buku di Penerbit Buku Kompas, Jakarta, Kamis (14/6/2012). KOMPAS/TRI AGUNG KRISTANTO
Demikian ditegaskan tokoh pers dan penulis buku Atmakusumah Astraatmadja dalam diskusi penulisan buku dan indeks yang diadakan Penerbit Buku Kompas di Jakarta, Kamis (14/6/2012).
Atmakusumah berbicara bersama dengan istrinya, yang juga seorang penulis buku dan pustakawati, Sri Rumiati Atmakusumah.
Atmakusumah menuturkan, ia masih bisa menerima jika ada kesalahan penulisan nama di koran atau majalah. "Kesalahan penulisan nama di koran atau majalah bisa segera diperbaiki pada terbitan berikutnya, tetapi kalau di buku, kapan perbaikannya? Bisa beberapa tahun kemudian. Karena itu, tidak boleh ada kesalahan penulisan di buku," katanya.
Sri Rumiati menuturkan, jika ada keraguan dalam penulisan sebuah buku, apalagi penulisan nama, sebaiknya dikonfirmasi pada pemilik nama itu atau keluarganya, atau dikonfirmasikan pada sumber lain.
Dicontohkannya, nama Presiden pertama Republik Indonesia selama ini dituliskan dengan Soekarno. Namun, ternyata ia tak keberatan dituliskan dengan Sukarno, sesuai ejaan baru. Nama Sultan Hamengku Buwono IX pun tak keberatan dituliskan dengan ejaan baru, bukan ejaan lama.
Atmakusumah dan Sri Rumiati juga menyoroti masih sering terjadi kesalahan penulisan indeks dalam buku di negeri ini.
Sumber: Edukasi, Kompas.com, Kamis, 14 Juni 2012
JAKARTA, KOMPAS.com- Dalam penulisannya, buku tidak boleh salah sama sekali. Apalagi, dalam penulisan nama tokoh, karena buku akan menjadi catatan sejarah yang berusia panjang dan menjadi acuan.
Atmakusumah Astraatmadja bersama istrinya, Sri Rumiati Atmakusumah, saat berbicara dalam diskusi penulisan buku di Penerbit Buku Kompas, Jakarta, Kamis (14/6/2012). KOMPAS/TRI AGUNG KRISTANTO
Demikian ditegaskan tokoh pers dan penulis buku Atmakusumah Astraatmadja dalam diskusi penulisan buku dan indeks yang diadakan Penerbit Buku Kompas di Jakarta, Kamis (14/6/2012).
Atmakusumah berbicara bersama dengan istrinya, yang juga seorang penulis buku dan pustakawati, Sri Rumiati Atmakusumah.
Atmakusumah menuturkan, ia masih bisa menerima jika ada kesalahan penulisan nama di koran atau majalah. "Kesalahan penulisan nama di koran atau majalah bisa segera diperbaiki pada terbitan berikutnya, tetapi kalau di buku, kapan perbaikannya? Bisa beberapa tahun kemudian. Karena itu, tidak boleh ada kesalahan penulisan di buku," katanya.
Sri Rumiati menuturkan, jika ada keraguan dalam penulisan sebuah buku, apalagi penulisan nama, sebaiknya dikonfirmasi pada pemilik nama itu atau keluarganya, atau dikonfirmasikan pada sumber lain.
Dicontohkannya, nama Presiden pertama Republik Indonesia selama ini dituliskan dengan Soekarno. Namun, ternyata ia tak keberatan dituliskan dengan Sukarno, sesuai ejaan baru. Nama Sultan Hamengku Buwono IX pun tak keberatan dituliskan dengan ejaan baru, bukan ejaan lama.
Atmakusumah dan Sri Rumiati juga menyoroti masih sering terjadi kesalahan penulisan indeks dalam buku di negeri ini.
Sumber: Edukasi, Kompas.com, Kamis, 14 Juni 2012
No comments:
Post a Comment