-- Restoe Prawironegoro Ibrahim
SECARA praktis, semua sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya fisik manusia memiliki dua kategori kegunaan. Pertama, untuk kesejahteraan umat manusia, sedangkan yang kedua, justru dapat memusnahkan manusia sendiri.
Karena itu, kemudian kebudayaan dikategorikan menjadi dua, yaitu kebudayaan positif dan kebudayaan negatif. Budaya-budaya positif diperuntukan kesejahteraan, keselamatan, serta kelangsungan umat manusia. Sedangkan budaya-budaya negatif adalah penyimpangan atau ekses dari budaya positif yang memberi dampak pada kehancuran manusia dan kebudayaan itu sendiri.
Birokrasi adalah produk budaya masyarakat yang dibutuhkan dan digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan kolektif. Bukan untuk kehidupan personal. Fungsi birokrasi baru digunakan jika individu masuk pada radius kehidupan kolektif. Dan jika individu meninggalkan kehidupan tersebut, birokrasi kembali tidak berpengaruh pada dirinya.
Sejauh ini pengalaman empiris membuktikan birokrasi teramat banyak membantu manusia mengelola sistem administrasi yang baik, terutama dalam suatu tata sistem yang luas, canggih, dan rumit. Dari sini muncul organisasi manusia terbesar seperti negara bahkan organisasi-organisasi manusia antarnegara. Sampai di sini, kita dapat mengategorikan birokrasi dalam budaya positif.
Kenyataannya, beberapa peluang birokrasi dapat digunakan sebagai upaya lain yang digarap untuk kepetingan pelaksana birokrasi itu sendiri. Peluang seperti ini, seakan menjadi ekses kemajuan birokrasi. Karena itu manipulasi menjadi identik dengan sisi lain birokrasi. Semakin luas dan rumitnya suatu birokrasi, tidak mustahil justru semakin memberi peluang terhadap manipulasi itu sendiri.
Birokrasi pada kenyataannya hanya salah satu bentuk atau aktivitas kegiatan manusia dalam kehidupan masyarakat, yang secara lahiriah diwujudkan dalam bentuk modal jaringan kerja atau sistem tata kerja yang rapi, serta diorganisasi sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Secara definitif, pengertian birokrasi menunjuk pada suatu organisasi tertentu untuk mengarahkan tenaga dengan teratur dan terus-menerus untuk mencapai tujuan tertentu. Atau dengan perkataan lain, birokrasi adalah organisasi yang bersifat hierarki, yang ditetapkan secara rasional untuk mengoordinasi pekerjaan orang-orang untuk kepentingan pelaksanaan tugas-tugas administratif.
Soal hubungan dalam melaksanakan tugas-tugas birokrasi tidak menimbulkan hambatan berarti. Tetapi di dalam masyarakat yang besar, dengan organisasi-organisasi yang kompleks serta wilayah kerja yang luas, penggunaan kekuasaan mustahil dapat dilakukan pemimpin tanpa suatu alat atau sistem penghubung yang teratur dan dapat dipercaya yang disebut birokrasi. Perkembangan teknologi komunikasi di lain pihak akan mempermudah pelaksanaan birokrasi pada skala wilayah yang tak terbatas sekalipun.
Karena itu, kekuasaan pribadi atau kelompok, terutama bidang politik dan ekonomi dalam skala luas dapat dipegang seorang pemimpin atau kelompok tertentu. Di sisi lain, teknologi memberi peluang terhadap penyimpangan birokrasi yang menimbulkan stres di kalangan pimpinan atau birokrat sehingga mengundang munculnya berbagai masalah sosial lainnya.
Secara lebih jelas, Max Weeber memberi arahan terhadap ciri-ciri birokrasi, sebagai berikut; Pertama, adanya ketentuan yang tegas dan resmi mengenai kewenangan berdasarkan peraturan umum, yaitu hukum dan administrasi. Kedua, penggunaan prinsip hierarki dan derajat kewenangan yang mengacu pada sistem super dan subordinasi. Ketiga, penggunaan prinsip ketatalaksanaan yang baik dengan data-data yang terpelihara baik.
Keempat, memiliki keahlian dan kebutuhan latihan bagi seluruh pelaksana birokrasi. Kelima, bila birokrasi telah berjalan baik, ia memerlukan kemampuan kerja maksimum pelaksanaannya tanpa harus mempertimbangkan kelayakan jam-jam kerja. Dan terakhir, pelaksanaan birokrasi didasarkan pada ketentuan-ketentuan umum yang bersifat langgeng maupun kurang langgeng, sempurna atau kurang sempurna, yang kesemuanya dapat dipelajari.
Persoalannya sekarang betulkah birokrasi adalah suatu budaya? Lantas kalau begitu, apa sebenarnya kebudayaan itu? Kalau birokrasi sebagai kebudayaan, maka apa kategorinya? Kebudayaan adalah semua produk masyarakat manusia, karya rasa dan cipta, baik berwujud gagasan, aktivitas maupun berwujud fisik. Ia adalah keseluruhan produksi masyarakat. Maksudnya, keseluruhan yang dihasilkan masyarakat manusia baik gagasan atau kompleks ide-ide keseluruhan aktivitas maupun karya kebendaan dalam wujud fisik.
Talcott Parsons juga memberi batasan yang hampir sama dengan konsep di atas. Kebudayaan sebagai sistem menyeluruh yang terjadi dari cara-cara dan aspek-aspek pemberian arti pada laku anjuran, laku ritual, dan berbagai jenis laku atau tindakan lain dari sejumlah manusia yang berhubungan satu dengan lainnya. n
Restoe Prawironegoro Ibrahim, pemerhati kebudayaan
Sumber: Lampung Post, Minggu, 08 Juli 2012
No comments:
Post a Comment