Saturday, September 24, 2011

Teater IKJ Berani Tampilkan "BOM" ke Shanghai

-- Linda Sarmili

TEATER IKJ bawa "BOM" ke Shanghai Jurusan Teater Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Kesenian Jakarta akan mengusung cerita BOM ("BOMB") yang dilhami cerita pendek karya sastrawan terkemuka Indonesia Putu Wijaya ke Shanghai, China dalam rangka mengikuti sebuah festival internasional.

Festival yang bertajuk "6th International Experimental Theatre Festival" itu akan berlangsung sepekan, 23-30 September 2011."Ini adalah ajang bergengsi bagi jurusan teater IKJ di dunia internasional," kata pemimpin rombongan keberangkatan IKJ, Egy Massadiah.

The International Experimental theatre Festival diselenggarakan Shanghai Theatre Academy sejak tahun 2001. Sejak digelarnya, festival ini menarik perhatian luas dari berbagai penggiat dan pengamat teater dari berbagai negara, seperti Jerman, Kanada, Jepang, Norwegia, Belanda, Amerika dan sebagainya. Pada festival tahun ini akan tampil peserta antara lain Shanghai Theatre Academy China, The Norwegian Theatre, Compagnie Soulier Barnes France, Cambridge School of Weston USA, Jack Elliott Productions USA, Beijing Theatre China, Korean National University of Arts dan Institut Kesenian Jakarta, Indonesia.Kegiatan ini dinilai telah sukses mempromosikan pertukaran budaya antarbangsa dalam hal teater.

Selama festival yang berlangsung di kampus Akademi Teater Shanghai, akan digelar pula sejumlah pementasan lain, di antaranya pementasan produksi teater dari organisasi dan sekolah teater kelas dunia, serta simposium mengenai teater dan kebudayaan.

Jumlah rombongan IKJ sebanyak 13 orang terdiri dari para mahasiswa teater, alumni serta 3 orang pengajar/dosen. Bom sendiri akan tampil sebanyak 3 kali yaitu pada tanggal 25 September malam hari dan 26 September pada siang hari dan juga malam hari.

Akan tetapi, pihak Teater IKJ memiliki keterbatasan biaya yang yang cukup besar karena penyelenggara hanya menanggung akomodasi dan transportasi lokal, sementara tiket pergi-pulang dan biaya latihan yang cukup besar harus ditanggung sendiri.

"Karena itulah kita berharap adanya partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak pencinta seni pertunjukan di tanah air," kata Egy.

Pertunjukan BOM yang disutradarai Bejo Sulaktono yang juga Ketua Jurusan Teater IKJ ini memang tidak membawa pesan tetapi melahirkan kesan. Kesan bisa bermacam-macam dan bersifat multi tafsir untuk sebuah peristiwa. Pertunjukan ini tidak verbal, tetapi penuh visual yang bernafaskan kekayaan tradisi Indonesia. Musik, gerak olah tubuh berikut protes-protes atas kegaduhan dunia akan membalut pergelaran yang akan berlangsung 60 menit tersebut. Semua berlangsung senyap namun terasa mengiris iris.

"Para aktor akan menjadi kuas yang akan melukiskan cerita di atas panggung. Mereka akan menciptakan sebuah lukisan yang menggambarkan peristiwa yang terkini di dunia ini," kata Egy seraya menambahkan bahwa pertunjukan ini sarat dengan isu isu dunia seperti perdamaian, perpecahan, kudeta, global warming, serta terselip pula hirup pikuk perselingkuhan politik.

"Semuanya tersaji dalam bentuk visual, kami meminimalkan bahasa verbal," lanjut aktor senior Teater Mandiri ini.

Egy mengatakan, tidak ada fokus, semua peristiwa terjadi di semua sudut panggung, sehingga penontonlah yang akan menciptakan fokus tersebut. "Semacam kehidupan dalam cinta yang penuh misteri, ujungnya tidak tertebak.Ini semacam teror mental, semacam bom yang ada di mana mana dan bisa meledak kapan saja," kata Egy.

Pertunjukan tersebut didukung antara lain, Robinsar H Simanjuntak, Ucok Siregar, Vero Hasan, Firsty, Anie Novianti, Shendy P, Eric, Rico, Yamin, Putra dan Asbar.

Egy menambahkan lewat forum bergengsi ini, Teater IKJ berharap dapat mengibarkan panji panji kebudayaan tradisi Indonesia seraya berperan serta mengenalkan Indonesia melalui forum teater. Melalui karya teater "BOM" ini pihak Teater IKJ berharap dapat membagikan sebuah perenungan terhadap negeri yang dilanda "BOM" tak berkesudahan.

Mereka juga yakin komunitas teater bukan hanya tempat bermain dan bertemu, tetapi juga mengasah dan menempa manusia menjadi mandiri, berdisiplin, punya arah dan paham bekerja sebagai sebuah tim.

Ambisi menampilkan BOM di Shanghai semata-mata untuk menjadikan teater sebagai kantong yang mengolah generasi muda Indonesia siap unjuk kebolehan di bidang seni budaya di forum internasional. Untuk memupuk keberanian itu dibutuhkan pekerja-pekerja yang ulet, setia dan terlatih. Tak hanya cerdas, tetapi juga bijak, gesit dan memiliki kepekaan yang tinggi pada dunia seni budaya dan kemanusiaan.

Sumber: Suara Karya, Sabtu, 24 September 2011

No comments: