Saturday, December 16, 2006

Sastra Lampung Ekpsresikan Nilai-Nilai Adat Daerah

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Seni sastra Lampung memiliki keragaman yang mengandung falsafah budaya Lampung. Sastra tradisi lisan Lampung bukan saja karena bentuk dan fungsinya yang berbeda, juga karena kedudukan dan sifatnya yang berbeda dengan bentuk tradisi lisan lain.

Hal ini dikemukakan Kasubdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Khaidarmansyah, saat pembukaan Pentas dan Diskusi Ragam Sastra untuk Pelajar yang digelar Dinas Pendidikan bekerja sama Jung Foundation di Chriza Art's Galery, Kamis (14-12). Dia mengatakan bentuk sastra tradisi dapat mengekspresikan kekentalan nilai-nilai adat yang amat khas.

"Begitu banyak wacana-wacana yang terdapat di dalamnya yang disampaikan secara lisan melalui bait-bait syair pantun seperti bubiti, hahiwang, bubandung, wawancan, dadi, sagata, muayak, dan yang lain. Sebab, masih ada 30 jenis sastra lisan Lampung," kata Khaidarmansyah.

Sastra lisan itu pun, menurut dia, banyak tujuannya. "Di antaranya untuk menghibur, mendidik, menyosialisasikan nilai-nilai adat, ajaran agama, moral, pandangan hidup, rasa suka, dan masih banyak lagi."

Kedudukan sastra lisan, kata Khaidarmansyah, sangatlah penting, terutama dalam tatanan adat. "Selain itu juga sastra lisan menjadi media yang paling utama bagi masyarakat untuk mengekspresikan nilai-nilai afektif atau emotif dan kognitif atau pengetahuan. Namun, sangat disayangkan masih sedikit kalangan yang mengetahui dan memahami potensi ragam sastra Lampung," ujarnya.

Sebab itu, kata Khaidarmansyah, kegiatan ini yang memadukan sastra lisan Lampung dengan sastra modern kepada pelajar sangat penting. "Tujuannya memasyarakatkan seni sastra Lampung pada masyarakat sehingga dapat diperluas dengan sasaran yang lebih umum."

Selain itu juga, kegiatan seperti pelatihan merupakan tugas dan tanggung jawab Dinas Pendidikan melalui Subdin Kebudayaan untuk peningkatan apresiasi kepada pelajar. "Ini dilakukan di tengah derasnya era globalisasi yang memberikan budaya instan. Dampak budaya instan ini sangat besar dirasakan para pelajar," ujar Kasubdin.

Adapun pemateri sastra lisan Lampung merupakan tiga budayawan Lampung, yakni Hafizi Hasan yang memaparkan tentang wawancan, Azhari Kadir dengan teori ringget, dan Sutan Purnama mengetengahkan sastra lisan dalam kehidupan masyarakat Pepadun. Sementara itu, untuk materi sastra modern, pemateri terdiri dari Jimmy Maruli Alfian, A.M. Zulqarnain, dan Hasanudin.

Christian Heru dari Jung Foundation mengemukakan selain menggelar Pentas dan Diskusi Ragam Sastra untuk Pelajar, pihaknya juga menyelenggarakan Pelatihan Pembuatan Ragam Hias Lampung yang rencananya digelar hari ini (16-12). n TYO/S-1

Sumber: Lampung Post, Sabtu, 16 Desember 2006

No comments: