Bandarlampung, 18/12 (ANTARA) - Yayasan Warisan Lampung "Jung" (Jung Foundation) bekerjasama dengan Dinas Pendidikan (Diknas) Lampung, mendorong pelestarian seni sastra Lampung yang terancam punah, dengan menggelar pentas dan diskusi ragam sastra daerahnya.
Menurut Direktur Eksekutif Jung Foundation Ch Heru Cahyo Saputro di Bandarlampung, Minggu, daerah Lampung memiliki keragaman sastra tradisi yang di dalamnya mengandung falsafah budaya.
Sastra tradisi lisan Lampung itu dapat mengekspresikan kekentalan nilai adat yang amat khas dengan bermacam wacana yang terdapat di dalamnya yang disampaikan secara lisan lewat bait syair dan pantun.
Namun pelestarian sastra lisan Lampung itu menghadapi ancaman, di antaranya karena pelaku budaya dan pelestarinya terbilang sangat minim. Kebanyakan warga Lampung pun tidak mengenalnya dengan baik.
Kepala Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Lampung Dr Khaidarmansyah SH MPd menambahkan jenis sastra lisan Lampung yang harus segera dilestarikan itu, setidaknya memiliki 30-an jenis.
Di antaranya bubiti, hahiwang, bubandung, wawancan, dadi, sagata, muayak dan beberapa lainnya.
Menurut dia, keberadaan sastra lisan Lampung itu selama ini bertujuan untuk menghibur, mendidik, menyosialisasikan nilai-nilai adat, ajaran agama, moral, pandangan hidup, rasa suka, dan tujuan lainnya.
"Sastra lisan Lampung itu, terutama yang memiliki kedudukan sangat penting dalam tatanan adat, juga telah menjadi media yang paling utama bagi masyarakat untuk mengekspresikan nilai-niali emosi dan pengetahuan mereka," ujar Khaidarmansyah.
Dia mengakui, masih sedikit kalangan mengetahui dan memahami potensi Ragam Sastra Lampung itu.
Pada Kamis (14/12) Diknas Lampung berkolaborasi dengan Jung Foundationtelah menyelenggarakan Pentas dan Diskusi Ragam Sastra Lampung yang dikhususkan bagi pelajar sebagai pesertanya.
Sumber: Antara, 18 Desember 2006
No comments:
Post a Comment