Monday, November 20, 2006

Nuansa: Jangan Bilang Tidak

-- Udo Z. Karzi


JANGAN sering-sering bilang tidak. Sebab, Mamak Kenut paling sebel dengar orang bilang tidak. Secara tata bahasa, kalimat yang mengandung kata "tidak" atau "bukan" digolongkan sebagai kalimat negatif. Bukan kalimat positif. (Dalam tata bahasa Inggris dikenal kalimat positif, negatif, dan interogatif).

Kalimat negatif lebih sering bermakna negatif. Kadang-kadang penuh keraguan, ambigu, dan bisa menimbulkan salah pengertian.

Tapi, entahlah. Mamak Kenut mulai mengeja kalimat-kalimat dan judul berita begini:

Pemkot tidak jamin keamanan papan reklame. Pemkot Bandar Lampung ternyata tidak pernah memeriksa keamanan konstruksi papan reklame yang kini menjamur di setiap sudut kota. Padahal, setiap tahun Pemkot menarik PAD miliaran rupiah dari retribusi. Sejauh ini, kata dia, upaya Pemkot mengantisipasi kemungkinan terjadinya musibah akibat konstruksi papan reklame yang tidak layak hanya dilakukan melalui surat imbauan.

Buruk kan? Tidak dapat menjamin keamanan, tidak pernah memeriksa, dan papan reklame yang tidak layak adalah kalimat-kalimat negatif yang menunjukkan sikap lepas tangan, teledor, dan sembrono.

Sekarang soal bantuan puting beliung. Bawasko simpulkan tak ada penyimpangan, begitu judulnya. Lead lengkapnya: Tim verifikasi Bawasko Bandar Lampung tidak menemukan penyimpangan dalam penyaluran dana bantuan bagi korban angin puting beliung di Kelurahan Jagabaya I. Padahal, sebelumnya sejumlah warga melaporkan adanya pemotongan dana tersebut oleh Ketua RT 03 Nartojo.

Ini juga kebiasaan jelek. Dalam sejarah keberadaan Bawasko-- di mana pun--pernahkah dia menyatakan, telah terjadi manipulasi, korupsi, penyimpangan, atau apa pun? Jawabnya: tidak! Ini tradisi buruk dari Bawasko (ehh... kepanjangannya, Badan Pengawas Kota). Wajar aja, Bawasko ya tak lebih dari lembaga "pembersih" citra pejabat dan dinas/instansi pemerintah kota.

Kesimpulan "tidak menyimpang" menjadi semakin ironi manakala dihubungkan dengan berita "Karena tak Punya Uang, Luka Marzuki Hanya Disumpal Kopi". Ceritanya, pakai pepatah dulu: Nasib Ibu Jaiz seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Lanjutnya: Belum hilang kesedihan atas kepergian suaminya, Marzuki, yang meninggal akibat tertimpa batu saat terjadinya angin puting beliung awal bulan ini, kini ia pun terlilit utang.

Syukur, dalam tubuh berita tak banyak kalimat negatif. Padahal, sebenarnya kalimat positif, "Ia bahkan enggan memberitahukan nama aslinya....", bisa dibikin negatif "Ia bahkan tidak mau memberitahukan nama aslinya". Ini bagus! Soalnya, "Gimana mau berobat kalau nggak punya duitnya," kata Ibu Jaiz.

Satu contoh lagi soal etos kerja, petugas tak temukan ada PNS mangkir. Tak seperti hari-hari sebelumnya, Rabu (15-11), Tim Gerakan Disiplin Nasional (GDN) Pemprov Lampung tidak mendapati satu PNS yang mangkir. Inspeksi mendadak (sidak) di tujuh unit pelaksana teknis daerah (UPTD) Tim GDN tidak menemukan seorang pun pegawai yang berkeliaran saat jam kerja. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Pol. PP) Pemprov Lampung Muhjadi, Rabu (15-11), mengatakan tidak menyangka dengan hasil sidak yang dilakukan.

Kemajuan dong!

Iyalah jangan sering-sering tidak masuk, tidak di tempat, tidak ada, atau tidak-tidak....

Maka, cobalah membuat kalimat positif. Bukan kalimat negatif! Jadi, bukan "tidak masuk", tetapi "mangkir". Bukan "tidak disiplin", tetapi malas. Bukan "tidak bisa", tetapi memang "goblok". Bukan "tidak mampu", tetapi "bloon". Bukan "tidak bertanggung jawab", tetapi "suka lepas tangan". Bukan "tidak cantik", tetapi "jelek". Bukan "tidak baik", tetapi "bangsat". Bukan "tidak sesuai prosedur", tetapi "menyimpang". Bukan "tidak lurus", tetapi "bengkok". Bukan "tidak jujur", tetapi "tukang kibul". Bukan "tidak dapat dipercaya", tetapi "pengkhianat".

Mat Puhit sih tidak menyuruh wartawan selalu berpikir positif. Sebab, kalau jurnalis senantiasa "positive thinking", dia takkan bisa membuat berita bagus. Wartawan sih mestinya berpikir "skeptis", agar bisa menulis dengan tegas dan jelas: "Di sana ada korupsi!" Dan, bukannya sebaliknya, justru ngebelain atau memang tidak menemukan data/fakta, berkata: Tidak ditemukan bukti korupsi.

Cobalah untuk tidak berkata tidak. Caranya temukan data dan fakta di lapangan! Bukan sekadar dari omongan pejabat.

Sumber: Lampung Post, Sabtu, 18 November 2006

No comments: