SEUSAI berkeliling ke beberapa kota untuk meluncurkan buku puisinya yang bertajuk Sub Rosa, penyair belia yang dikenal sebagai penggiat komunitas Bunga Matahari (milis para pecinta puisi), Aurelia Tiara Widjanarko, 24, mengenalkan karyanya khusus ke publik Jakarta, akhir pekan lalu.
Buku puisi setebal 174 halaman itu secara umum bertutur tentang cinta, yang dikelompokkan dalam enam bagian, yakni penemuan rasa, penjajakan, rindu, klimaks, ingkar, dan ikhlas. Setiap bagian dipisahkan dengan foto-foto artistiknya dalam balutan gaun panjang tanpa lengan. Uniknya, meski bertutur tentang cinta, Tiara tak menggunakan kata-kata yang indah dan puitis untuk menggambarkannya. "Yang terpenting adalah kejujuran dan bisa membuat orang yang membaca tergugah atau teringat pernah merasakan hal serupa," ujarnya.
Sub Rosa, menurut Aurelia, artinya di bawah bunga mawar. "Yakni, istilah untuk situasi pembicaraan yang bersifat rahasia ketika digantungkan bunga mawar pada pintu ruang pertemuan," ungkapnya. Dalam buku puisinya, Tiara juga menyisipkan kata berbahasa asing, seperti bahasa Latin dan Jawa yang sengaja tak diberinya keterangan arti.
Penyair asal Yogyakarta, Joko Pinurbo, yang diundang untuk membahas puisi-puisi ini menilai, penyair yang lulus pendidikan S-1 dengan predikat summa cum laude itu mempunyai orisinalitas karya. "Yang paling istimewa, saya tidak bisa melacak jejak penyair-penyair sebelumnya dalam karya Tiara," ungkapnya.
Joko mengungkapkan sebagian besar penyair muda Sering kali terinspirasi oleh penyair-penyair terkenal yang dikaguminya. Inspirasi itu akhirnya ikut larut dalam karya-karya penyair baru itu.
"Ia memiliki estetika tertentu yang menjadi acuan dan belum terkontaminasi estetika penyair senior," tambahnya. (Eri/R-2)
Sumber: Media Indonesia, Minggu, 13 Mei 2007
No comments:
Post a Comment