Jakarta, Kompas - Penggunaan bahasa gaul dirasakan semakin marak. Meski tidak semua penggunaannya merusak khazanah bahasa Indonesia dan bahasa Melayu, bahasa gaul perlu pengawalan jika digunakan secara formal.
Kenyataan ini diungkapkan Supyan Hussin dari Institut Alam dan Tamadun Melayu, Universitas Kebangsaan Malaysia, dalam Konferensi Linguistik Tahunan Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Senin (7/5). Supyan mengadakan penelitian di Malaysia, Jakarta, Bandung, dan Riau dengan melihat penggunaan bahasa gaul dalam berbagai media, terutama surat kabar.
Dia mengatakan, bahasa gaul atau bahasa singkatan dapat dianggap bahasa slang dan umumnya digunakan dalam konteks tidak formal. Fenomena bahasa gaul sesungguhnya menggambarkan betapa bahasa bersifat dinamis dan hidup bila ia memenuhi keperluan komunikasi, ekonomi, dan sosial masyarakat. Bahasa yang terus dilestarikan adalah bahasa yang dihargai penuturnya.
Ciri bahasa gaul dan singkatan ialah beberapa perkataan disingkat menjadi akronim, gabungan beberapa perkataan dijadikan perkataan baru, serta pemendekan kata melalui proses pengguguran huruf—baik vokal maupun konsonan—yang mengubah ejaan asalnya.
Menurut dia, tidak semua bahasa gaul merusak bahasa. Singkatan nama seseorang, misalnya di Indonesia ada SBY untuk Susilo Bambang Yudhoyono atau di Malaysia ada DSMM untuk Dato’ Seri Mahathir Mohamad. Untuk jangka panjang, hal itu tidak memengaruhi pelestarian bahasa Melayu-Malaysia dan Indonesia karena akan hilang dengan sendirinya ketika yang bersangkutan tidak menjabat atau tiada lagi. Demikian pula singkatan untuk nama tempat atau yang sudah diterima dipakai secara luas.
"Yang akan memengaruhi antara lain singkatan untuk kata nama umum, seperti minyak tanah menjadi minah, rumah toko menjadi ruko, rapat kerja menjadi raker dan lain-lain," katanya.
Dalam konferensi linguistik tersebut terdapat sekitar 40 makalah lain yang dibawakan oleh para akademisi bidang linguistik. Sebagian dari makalah tersebut menyoroti perkembangan penggunaan bahasa seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. (INE)
Sumber: Kompas, Selasa, 8 Mei 2007
No comments:
Post a Comment