Jakarta, Kompas - Pemerintah daerah perlu mendorong pewarisan dan pementasan seni tradisi yang sudah hampir punah di daerah masing-masing. Dengan begitu, upaya melestarikan seni tradisi yang berharga di daerah bersangkutan tidak terputus pada maestro seni tradisi yang jumlahnya terus menurun.
Keterlibatan pemerintah daerah dengan menyediakan beragam fasilitas untuk pewarisan seni tradisi dari maestro kepada generasi muda tersebut akan sangat bermakna bagi keberlangsungan seni warisan leluhur. Langkah tersebut bisa menjadi satu rangkaian dengan kebijakan pemerintah pusat, yang dalam waktu dekat akan memberikan penghargaan dalam bentuk tunjangan bulanan kepada maestro seni tradisi di Tanah Air.
"Upaya ini perlu dilakukan supaya seni tradisi yang sudah langka itu terus ada dan berkembang kembali," kata Mukhlis PaEni, Direktur Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, di Jakarta, Selasa (3/4).
Menurut dia, saat ini pewarisan seni tradisi dari berbagai daerah yang sudah mulai langka itu seakan berkejaran dengan waktu. Ini mengingat, kebanyakan di antara maestro seni yang menguasai seni tradisi yang perlu untuk dikembangkan itu sudah tua.
Oleh karena itu, mulai tahun ini pemerintah memutuskan memberi tunjangan bulanan bagi para maestro seni tradisi. Mereka pun diharapkan bisa mewariskan keahliannya, setidaknya kepada masyarakat di sekitarnya.
Antonius Budi Priadi, Direktur Pembangunan Karakter dan Budi Pekerti Bangsa, mengatakan bahwa pewarisan keahlian seni tradisi dari maestro itu tidak bisa lagi ditunda-tunda. Pemerintah daerah perlu menyiapkan fasilitas seperti sanggar atau tempat untuk menjadi wahana pengajaran keahlian dari sang maestro kepada sedikitnya lima orang. Bisa saja penampilan seni tradisi itu diwajibkan dalam perayaan di daerah atau di hotel setempat.
Banyak yang hilang
"Diharapkan dengan adanya pewarisan dari maestro itu nanti bisa seperti deret ukur. Kita usahakan agar keahlian maestro itu jangan terbawa ke dalam kubur atau hilang karena ahlinya meninggal," tutur Antonius.
Menurut Antonius, dari pendataan mengenai seni tradisi di Tanah Air memang sudah cukup banyak seni tradisi yang hilang. Perubahan zaman yang mendorong perubahan hidup masyarakat membuat mereka tidak lagi tertarik terhadap seni tradisi. Apalagi seni tradisi itu seringkali dikaitkan dengan perayaan atau upacara tertentu, yang kini juga sudah banyak yang hilang.
Jika pun masih ada, umumnya mereka yang memiliki keahlian untuk memainkan seni tradisi itu sudah uzur dan jumlahnya tinggal satu-dua orang. Oleh karena itu, dengan memberikan tunjangan bulanan, diharapkan mereka bisa terdorong untuk mengajarkan kemampuannya kepada masyarakat di sekitarnya.
Sayangnya, sampai awal April ini baru sekitar 40 calon nama maestro yang disampaikan ke Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Untuk tahap awal, pemberian tunjangan akan diprioritaskan kepada maestro yang keahlian seni tradisinya sudah langka dan usia maestro sudah uzur.
"Kami berharap masukan dari masyarakat luas supaya pemilihan maestro seni tradisi yang ditargetkan sejumlah 40 orang untuk tahun ini jatuh pada sasaran yang tepat. Masyarakat bisa mengusulkan nama calon itu ke dinas kebudayaan di daerah atau pusat," ujar Antonius.
Setiap maestro yang terpilih akan menerima tunjangan bulanan Rp 1 juta per bulan selama satu tahun. Pengirimannya lewat bank atau pos tanpa dipotong pajak. (ELN)
Sumber: Kompas, Rabu, 4 April 2007
No comments:
Post a Comment