Wednesday, April 04, 2007

Ditemukan Fosil Manusia 7.000 Tahun, Sebagian Besar Situs Rusak

Aceh Tamiang, Kompas - Tiga kerangka manusia yang ditemukan di Situs Bukit Kerang, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam, diduga kuat berusia lebih dari 7.000 tahun.

Kerangka itu kemungkinan kuat umurnya lebih tua dibandingkan dengan satu fosil manusia yang ditemukan tahun 1998 di situs lain, tetapi masih di lokasi Bukit Kerang. Usia kerangka yang ditemukan terdahulu itu sekitar 5.000 sampai 7.000 tahun, kata Ketua Penggalian Fosil dari Balai Arkeologi Medan, Ketut Wiradnyana, Selasa (3/4), di lokasi eskavasi.

Lokasi eskavasi di kawasan perbukitan itu berada sekitar 15 kilometer dari jalan utama lintas timur Sumatera, di Gampong Pangkalan, Kecamatan Kejuruan Muda, Aceh Tamiang.

Sebenarnya, di sepanjang pantai timur Sumatera terdapat sepuluh titik situs arkeologi, tetapi delapan di antaranya rusak, sehingga tidak bisa dieskavasi. Selain di Bukit Kerang, situs lain yang utuh ada di Kampung Masjid, Aceh Tamiang.

Hematit

"Di lokasi eskavasi yang terakhir ini, kami menemukan batu tumpul dengan bentuk sederhana untuk memecah kerang. Batu tumpul itu terdapat hematit yang masih jelas," urai Ketut.

Dari temuan itu ia memperkirakan jumlah manusia purba yang menghuni Situs Bukit Kerang, di Gampong Pangkalan, antara 15 sampai 20 orang. Mereka itu diperkirakan dari daerah lain, salah satunya di Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Ketut menjelaskan, manusia Aceh purba yang hidup di situs itu mempunyai kemiripan dengan kosmologi kehidupan masyarakat Aceh Tamiang.

"Hal itu bisa dilihat dari cara manusia ini dikuburkan di tempat ini menghadap ke selatan. Sementara masyarakat Aceh Tamiang masa kini beranggapan arah Selatan merupakan arah yang kurang baik. Mereka menilai arah Timur dan Barat merupakan arah paling baik," kata dia.

Pada ketiga fosil tengkorak itu ditemukan hematit, yaitu sejenis batuan lembek berwarna kemerah-merahan. Adanya hematit di masing-masing tengkorak itu, menurut Ketut, menunjukkan masyarakat pada saat itu sudah mengenal religi.

Hematit itu, kata dia, dipakai untuk membalut tengkorak yang dibuang di Bukit Kerang. Hematit juga sering dijumpai di relief goa masyarakat pada masa lampau.

Spesifikasi


Situs Bukit Kerang mempunyai spesifikasi tersendiri. Salah satu ciri yang khas dari situs ini adalah banyaknya kerang dari air tawar. Biasanya, Situs Bukit Kerang di daerah lain yang pernah dia teliti kebanyakan dari kerang air payau, di kawasan pantai.

"Situs Bukit Kerang dari air payau hanya terdapat di Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara," tambahnya.

Adanya kerang dari air tawar itu, lanjut dia, menunjukkan pengaruh keberadaan sungai yang besar pada masa lampau.

Diduga kuat, penyebaran kebudayaan Situs Bukit Kerang di Gampong Pangkalan meliputi Daerah Aliran Sungai Wampu dan Tamiang. Kedua aliran sungai itu berujung pada satu pangkal bertemu di Bahorok, Kabupaten Langkat.

Para peneliti dari Balai Arkeologi Medan dan mahasiswa Universitas Malikussaleh berencana mengangkut materi arkeologi tersebut ke Medan. "Kami perlu meneliti lebih jauh dengan melibatkan sejumlah laboratorium dari dalam dan luar negeri untuk mendapatkan kepastian data," kata Kepala Balai Arkeologi Medan Lucas P Koestoro.

Temuan fosil manusia purba di Aceh Tamiang ini menyusul temuan fosil manusia dalam Komunitas Buni yang diduga menjadi awal peradaban manusia di pantai utara Jawa Barat.

Seperti dikemukakan Sonny C Wibisono, peneliti dari Puslitbang Arkeologi Nasional, beberapa waktu lalu, hingga Juli tahun 2006 telah ditemukan 32 individu fosil manusia di bawah struktur bata di sekitar situs percandian Batujaya, Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang.

Umur artefak serta fosil manusia itu diperkirakan lebih tua dari umur candi yang dibangun sekitar abad V Masehi hingga VI Masehi atau 16 abad lalu. Sejumlah barang yang ditemukan bahkan berusia sekitar 200 tahun sesudah hingga 200 tahun sebelum Masehi. (NDY)

Sumber: Kompas, Rabu, 4 April 2007

No comments: