-- Udo Z. Karzi
GURU kencing berdiri, murid kencing berlari. Namun, pepatah ini tidak berlaku buat anggota DPRD Negarabatin. Soalnya, meski anggota DPR (mungkin) kencing berdiri, anggota Dewan Negarabatin (tetap mungkin) kencing berdiri. Soalnya, toilet yang dibangun tidak memungkinkan (mungkin) untuk duduk sewaktu kencing. Jadi, (mungkin) pepatahnya yang basi seiring dengan perkembangan teknologi perkakusan.
Sudah tahu anggota DPR menganggarkan pembelian 500 laptop dan kemudian mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan, sehingga akhirnya dibatalkan; eh... anggota legislator Negarabatin ngikut menganggarkan pembelian 46 unit laptop. Dana diambil dari sisa APBD 2007 yang belum dimanfaatkan.
Basi... Benar-benar basi.
Masa anggota Dewan mau niru Tukul semua yang ndeso dan selalu bilang, "Kembali ke laptop!"
Eh, tahu nggak, sewaktu laptop Tukul agak crowdet, Tukul kebingungan (maklum agak gaptek alias gagap teknologi), terpaksa manggil orang IT.
"Kembali ke laptop!" Namun, di monitor laptop yang muncul malah gambar-gambar mak jelas.
Apa hayoo?
***
"Anggota Dewan kok latah begitu sih?"
"Latah apaan?"
"Ya, ikut-ikutan mau beli laptop kayak di pusat sana."
"Kali beda. Kalau pusat udah batal karena diprotes banyak orang, di sini kali nggak."
"Berarti nunggu orang protes dulu."
"Kali maunya anggota Dewan begitu."
"Kalau orang-orang pada malas protes, terus dong."
"Ya, itu yang diharap."
***
Basi... Benar-benar basi. Anggota Dewan kok nggak pernah mau berpikir makai otak sendiri. Uang APBD kok dianggap uang sendiri yang boleh diatur sekehendak sendiri.
Lihat saja bagaimana legislator itu mengatur (lebih tepatnya mengakal-akali) anggaran: Dalam pembahasan APBD 2007, Panitia Anggaran mengalokasikan Rp180 juta untuk pembelian 12 laptop. Namun, setelah revisi APBD, Panitia Anggaran menambah jumlah pembelian laptop 46 buah. Penambahan pembelian laptop memungkinkan karena masih ada dana APBD Rp4,3 miliar yang belum dimanfaatkan. Dana ini berasal dari pemangkasan sejumlah mata anggaran.
Basi... Benar-benar basi. Modus lama dipakai lagi: mata anggaran lain dipotong, tetapi hasil pemangkasan malah justru diperuntukkan hal-hal yang remeh-temeh dan sama sekali tidak penting. Sama sekali tidak penting dan meminjam istilah Jarwa Kwat, "signifikan" bagi pelaksanaan tugas-tugas anggota Dewan.
Laptop itu apa? Anggota Dewan itu siapa? Pujangga atau sastrawan besar sekalipun (mungkin) tidak memakai laptop.
Memang, apa sih yang mau ditulis anggota Dewan itu? Informasi apa sih yang hendak didapat anggota Dewan? Bukankah setiap ruangan anggota Dewan sudah dilengkapi komputer multimedia? Lagi pula, kalau mau, anggota Dewan bisa beli laptop setiap bulan. Dari uang representatif dan tunjangan-tunjangan lainnnya.
Namun, esensinya bukan di sana. Laptop hanya berguna bagi orang-orang yang kreatif seperti menulis, merancang, merencanakan, memprogram, mempresentasikan, dan berbagai olah pikir yang serba memerlukan keahlian (skill).
Basi... Benar-benar basi. Mau apa anggota Dewan dengan laptop?
Sumber: Lampung Post, Sabtu, 7 April 2007
No comments:
Post a Comment