Samarinda, Kompas - Para remaja dan pelajar di Samarinda, Kalimantan Timur, mengaku masih sulit memahami dan mencerna bahasa dalam karya sastra seperti novel, cerita pendek, dan puisi. Akibatnya, murid enggan membaca sehingga karya sastra Indonesia kurang populer.
Gugatan para remaja yang umumnya pelajar SLTA itu mengemuka dalam acara Sastrawan Bicara Siswa Bertanya di gedung olahraga SMA Negeri 10 Melati, Samarinda, Selasa (3/4). Kegiatan itu dihadiri sastrawan Putu Wijaya, Joni Ariadinata, Cecep Syamsul Hari, dan Korrie Layun Rampan. Walau banyak yang mengaku kurang mengakrabi karya sastra, gedung pertemuan dipenuhi para pelajar.
Kepada para sastrawan, seorang murid SMA mengatakan, beberapa karya ditulis dengan gaya bahasa yang rumit dan ungkapan yang sulit dimengerti. "Mengapa pula ada puisi yang antara bait satu dengan lainnya seperti tidak nyambung," kata sang murid.
Namun, beberapa di antara pelajar mengakui ada pula karya yang ditulis dalam bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti. Karya yang seperti itu umumnya disukai para pelajar.
Menanggapi hal itu, Cecep mengatakan, bahasa dalam karya sastra biasanya mencerminkan si penulis. Gaya bahasa yang rumit dalam sastra bisa jadi disengaja. Akan tetapi, ada kemungkinan pula si penulis belum matang.
Sementara Joni berharap, kendala terhadap pemahaman gaya bahasa jangan sampai membuat pelajar tak menyukai sastra. Dengan menyukai sastra, katanya, akan tumbuh kegemaran membaca sehingga banyak pengetahuan yang bisa didapat. (BRO)
Sumber: Kompas, Rabu, 4 April 2007
No comments:
Post a Comment