-- BM Lukita Grahadyarini
KOTA Palembang boleh berbesar hati dengan julukan sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 sampai ke-9 Masehi. Namun, penyebutan itu dibayangi polemik yang hingga kini belum tuntas, yaitu di mana persisnya lokasi bangunan Istana Sriwijaya?
Masalahnya, kerajaan maritim di Sumatera itu tidak meninggalkan istana atau keraton yang fisiknya masih bisa dilihat hingga sekarang. Penemuan para peneliti hingga kini terbatas pada situs-situs yang mengarah kepada peninggalan Sriwijaya.
Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti mengatakan, hasil penggalian arkeologis tahun 1986-1990 menunjukkan bahwa situs-situs peninggalan Kerajaan Sriwijaya tersebar hampir di sepanjang perairan Sungai Musi, yaitu dari Kecamatan Ilir Timur II sampai Kecamatan Gandus.
Banyak benda-benda bersejarah yang ditemukan di situs-situs tersebut, di antaranya candi, keramik, dan struktur bata. Hampir seluruh situs itu ditemukan di wilayah permukiman warga. Namun, selang beberapa tahun, sebagian situs peninggalan itu justru lenyap karena tertutup oleh padatnya hunian.
Nurhadi menuturkan, lenyapnya situs peninggalan sebagai dampak pembangunan kota merupakan ironi di tengah pencarian jati diri Palembang sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya.
"Tanpa bukti lokasi, sulit meyakinkan bahwa pusat Sriwijaya benar di Palembang," kata Nurhadi.
Sementara itu, kondisi situs peninggalan Sriwijaya di Palembang yang berjumlah 18 situs kondisinya memprihatinkan. Kawasan Bukit Siguntang, misalnya, kini lebih dikenal sebagai areal rekreasi dan "mojok" bagi muda-mudi ketimbang menjadi wisata budaya.
Ia berharap masyarakat memiliki rasa memiliki warisan budaya itu, sehingga situs yang sudah ditemukan bisa dilestarikan. Hal itu juga harus diikuti dengan kemauan politik pemerintah untuk melindungi keberadaan situs.
"Pemerintah harus serius membela warisan budaya dengan memikirkan kelestarian situs dengan aturan yang melestarikan keberadaan situs cagar budaya," ujar Nurhadi.
Selain Palembang, ada beberapa wilayah yang sering diklaim sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya, antara lain Kota Palembang, Jambi, Lampung, Riau, dan Thailand. Masing-masing tempat didukung adanya temuan arkeologis yang berkaitan dengan Sriwijaya, berupa candi, prasasti, atau sisa bangunan lama.
Namun, bukti-bukti tertulis tentang Sriwijaya masih terbatas. Penggalian dan kajian yang dilakukan belum bisa mengungkap semua fakta.
Kegamangan itu membuka peluang penemuan fakta baru. Hanya saja, diperlukan dukungan pemerintah dan masyarakat.
Sumber: Kompas, Kamis, 21 Juni 2007
No comments:
Post a Comment