Saturday, June 16, 2007

Pusaran Lima Penyair

MANTERAKU terbang bersama malam bernafsu. Adakah yang tak akan goyah karena goda dan nafsu? Telah kusiapkan uba rampe guna menjebakmu.

Sepenggal puisi bernada guna-guna itu meluncur dari bibir S. Yoga di Gedung Utama Balai Pemuda tadi malam (13/6). Puisi bertajuk Jaran Goyang tersebut merupakan salah satu di antara beberapa puisi yang dilantunkan lima penyair pada panggung Festival Seni Surabaya (FSS) 2007.

Yoga, penyair asal Sumenep tersebut, tampil bersama empat penyair lain. Yaitu, Zen Hae (Jakarta), Iswadi Pratama (Bandar Lampung), Gunawan Mariyanto (Jogjakarta), dan Sindu Putra (Mataram). Masing-masing membawakan beberapa puisi.

Yoga menampilkan puisi berciri keunikan berbagai daerah yang pernah dia kunjungi. "Dia selalu membawa puisi sepulang dari tempat lain. Puisi yang dia buat memasukkan unsur etnologi. Jadinya seperti dunia lain," kata Project Officer (PO) Sastra Mardiluhung.

Zen Hae menampilkan puisi beraroma imajinasi. Misalnya, yang berjudul Paus Merah Jambu. Dalam karya itu, dia berkisah tentang sang paus hidup dan menyelami kehidupan. Sindu Putra, penyair asal Bali yang bermukim di Mataram, menampilkan puisi dengan tipografi (bait ditulis atau diketik menjadi bentuk-bentuk tertentu).

Malam itu, pertunjukan sastra ditutup Teater Mozaik asal Malang. Mereka membawakan Hubbu, novel pemenang sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2006. Novel tersebut karya Mashuri, sastrawan asli Lamongan. Berkat kemenangan itu, Mashuri disebut-sebut menyamai fenomena Ayu Utami yang juga mengawali langkah dari sayembara novel DKJ.

"Hubbu menceritakan tentang pemberontakan anak muda terhadap kemajuan zaman. Ceritanya, seorang ahli waris pesantren digadang-gadang sebagai penerus tradisi. Namun, dia berontak dan memilih kuliah di perguruan tinggi kota besar. Akhirnya, dia gagap dengan kultur kehidupan kota," ungkap Mashuri.

Kemarin, panitia FSS 2007 juga mengeluarkan buku Lima Pusaran. Buku itu merupakan kumpulan puisi dari lima penyair yang tampil tadi malam. Editor buku tersebut adalah Nirwan Dewanto, kurator sastra FSS 2007.

Nanti malam (14/6), Guangzhou Art Ensemble hadir menyajikan suguhan terbaik yang ditampilkan seniman terbaik dari Negeri Tiongkok. Kemarin, kelompok yang terdiri atas 24 orang itu mampir ke Jawa Pos bersama panitia FSS 2007. Dalam kunjungan tersebut, mereka tersanjung atas sambutan yang diberikan untuk penampilannya di FSS 2007.

"Kami datang sudah disambut panitia hingga konjen Tiongkok. Kami mengucapkan terima kasih," ujar Cui Ri Sou, vice director of the People’s Government of Guangzhou Municipality. "Misi kami, selain menyebarluaskan budaya Tiongkok, juga ingin mempererat persahabatan Tiongkok-Indonesia," ungkapnya.

Soal penampilan malam nanti, Mr Cui menjanjikan pertunjukan luar biasa. Sebab, hampir semua pemain Guangzhou Art Ensemble adalah pemain terbaik di Negeri Tiongkok. Mulai penyanyi, penari, hingga pemain musik adalah yang terbaik.

Kelompok tersebut akan mengolaborasikan berbagai jenis kesenian. Misalnya, musik, tari, bahkan sedikit akrobatik. Pertunjukan itu memang sebagian besar berupa teater tari. Namun, nuansa yang dibawakan akan berbeda setiap penggalan. Mereka akan memainkan kesenian tersebut menjadi enam sesi. (ode)

Sumber: Jawa Pos, Kamis, 14 Juni 2007

No comments: