Pekanbaru, Kompas - Sejumlah koleksi Museum Daerah Riau mulai rusak. Penyebab kerusakan itu antara lain keterbatasan dana dan tenaga untuk mengerjakan perawatan dan perbaikan.
Bulu-bulu hewan yang diawetkan, seperti macan dahan dan harimau, mulai rontok. Selain itu, Al Quran dari Kabupaten Kampar yang ditulis tangan juga mulai terlihat kusam dan sobek di sana-sini.
Kepala Museum Daerah Riau Asmawaty Abza, pekan lalu menjelaskan, pemeliharaan koleksi museum dilakukan dengan dana seadanya sesuai dengan alokasi Dinas Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata Provinsi Riau. "Yang kami rawat ini barang-barang tua sehingga butuh perlakuan khusus. Bahan kimia untuk merawat benda koleksi juga tidak sembarangan," tuturnya.
Untuk benda-benda dari logam, misalnya, perawatan satu koleksi bisa memakan waktu lebih dari satu bulan. Cairan kimia untuk perawatan benda museum disesuaikan dengan jenis benda tersebut. Setiap jenis benda, seperti aluminium, tembaga, besi, atau kertas, diperlukan cairan kimia yang berlainan. Karena itu, untuk perawatan benda koleksi museum diperlukan dana yang tidak sedikit.
Pada tahun 2006 museum ini mendapatkan dana perawatan benda koleksi sebesar Rp 200 juta. Jumlah benda koleksi museum sekitar 4.000 buah. Karena keterbatasan dana dan tenaga, perawatan dan perbaikan benda-benda koleksi museum dilakukan secara bertahap. Bila perawatan dilakukan secara menyeluruh, Asmawaty memperkirakan kebutuhan dana mencapai miliaran rupiah.
Betty Inara, salah seorang petugas konservasi di Museum Daerah Riau mengatakan, letak museum yang diapit dua sungai menyebabkan kelembaban di museum ini tinggi. Kondisi ini sangat berpengaruh pada potensi kerusakan benda-benda koleksi. Selain kelembaban udara, debu juga menjadi penyebab kerusakan pada benda-benda koleksi.
"Jamur dan karat adalah musuh utama benda koleksi yang terbuat dari logam. Sering kali benda yang baru selesai dirawat sudah terkena jamur dan karat lagi. Karena itu, perawatan benda koleksi sangat diperlukan secara teratur dan terus-menerus. Cairan kimia yang diperlukan untuk perawatan ini juga semakin banyak," tuturnya.
Betty menambahkan, perawatan sekitar 4.000 koleksi di museum ini diperlukan waktu sekitar tiga sampai empat tahun.
Sementara itu, kerusakan pada bulu hewan disebabkan oleh cara pengawetan kurang baik dan salah. Akibatnya, bulu hewan jadi sarang kutu dan sarang hewan kecil perusak lain. (ART)
Sumber: Kompas, Senin, 29 Januari 2007
No comments:
Post a Comment