Tuesday, April 29, 2008

Seni Tradisi: Seni Berpantun Dilirik Generasi Muda

[JAKARTA] Seni berpantun telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu. Belakangan ini, seni berpantun hanya digemari generasi tua kini mulai dilirik generasi muda.

"Selama ini, pemantun didominasi orang-orang tua saja, tapi sekarang mulai dilirik anak-anak muda karena ada banyak kegiatan untuk merangsang mereka ikut serta melestarikan salah satu seni budaya Melayu ini," kata Kepala Bagian Sosial Budaya Sekretariat Pemerintah Daerah Deli Sergai, M Ifdal, di Jakarta, Senin (28/4).

Seperti dikutip Antara, Ifdal menjelaskan kegiatan berpantun sering dilakukan dalam berbagai kegiatan formal, misalnya upacara pernikahan dan sebagai pembuka acara-acara di kantor pemerintah. Di Deli Sergai, sekolah-sekolah mulai SD hingga SMA juga mulai memberikan pelajaran seni berpantun.

"Seni berpantun telah berakar dalam masyarakat Melayu, sehingga hal ini juga perlu diwariskan pada generasi muda," katanya.

Sementara itu, pemantun dari Brunei Darussalam, Awang bin Hussein mengatakan seni berpantun di negerinya mulai ditinggalkan anak-anak muda. Kesenian ini dianggap kurang populer dan sebagaian lebih tertarik seni kontemporer daripada seni tradisi.

"Kami ikut Festival Berpantun karena ingin berbagi pengalaman juga dengan pemantun di Indonesia, bagaimana kiat sukses melestarikan seni berpantun pada generasi muda," tambahnya.

Ketua Yayasan Panggung Melayu, Asrizal Nur mengatakan dalam kesusastraan Indonesia, seni berpantun menjadi bagian tonggak kesusastraan dan bagian dari budaya Indonesia yang kemudian menyebar ke seluruh Nusantara.

"Seni berpantun bisa dilestarikan dengan berbagai cara salah satunya dengan menggelar kompetisi berpantun dalam sebuah festival," katanya.

Asrizal mengatakan Festival Berpantun Se-Asia Tenggara yang berlangsung di Jakarta (25-29 April) juga merupakan salah satu upaya melestarikan budaya tersebut. Kegiatan ini diselenggarakan Yayasan Panggung Melayu bersama Pemerintah Kota Tanjungpinang.

Asrizal mencontohkan, sejumlah anak muda yang kini mulai menyukai seni berpantun ternyata mampu menorehkan prestasi dengan menyabet Rekor Berpantun Terlama yang dicatatkan di Museum Rekor Indonesia (27/4).

"Para pemantun muda asal Kota Tanjungpinang ini masih bersekolah di SMA dan beberapa perguruan tinggi, mereka mematahkan anggapan sebagian masyarakat bahwa seni berpantun hanya digemari generasi yang sudah tua saja," tambahnya.

Kegiatan yang pertama kalinya di Indonesia ini menghadirkan sejumlah kegiatan selama sepekan.

"Semoga kreativitas ini dapat memicu kreativitas pemantun-pemantun muda Indonesia, berpantun juga dapat memperkuat jati diri kita sebagai negeri dengan beragam seni budaya," demikian Asrizal. [U-5]

Sumber: Suara Pembaruan, Selasa, 29 April 2008

2 comments:

Pabrik Jam Masjid Digital said...

Terimakasih, sudah posting ulang artikelnya.

Sahabat Muslim said...

Sangat menginspirasi saya untuk penulisan materi khutbah tentang generasi muda islam. Terimakasih.