Saturday, December 22, 2007

Kesenian: Erat, Kerja Sama STSI dengan Perguruan Tinggi Malaysia

Jakarta, Kompas - Sekolah Tinggi Seni Indonesia Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, telah berhubungan baik dengan perguruan tinggi di Malaysia sejak lama. Bahkan, jalinan kerja sama tersebut cukup erat.

Sejumlah pengajar di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Kota Padang Panjang, Jumat (21/12), mengatakan, kerja sama itu antara lain diwujudkan dalam bentuk undangan seminar, konferensi, dan pertunjukan. Keeratan hubungan itu tak terpengaruh oleh isu-isu pengakuan Malaysia atas sejumlah kesenian Indonesia.

Ketua Jurusan Tari STSI Kota Padang Panjang Ermida Kadir mengungkapkan, pada Jurusan Tari hubungan baik itu terutama dengan University of Malaya.

STSI Kota Padang Panjang kerap mendapatkan undangan dari Malaysia. Selain itu, terdapat pula sejumlah mahasiswa Malaysia yang tengah menempuh pendidikan pada Jurusan Tari di STSI itu. Saat ini terdapat satu orang dari semula tiga mahasiswa Malaysia yang melanjutkan pendidikan srata satu Tari di STSI tersebut. Terdapat juga dosen- dosen STSI yang mengajar di Malaysia. "Namun, saya tidak tahu persis jumlah dan penghasilan yang ditawarkan oleh Malaysia. Saya sendiri belum pernah," ujarnya.

Dosen Sosiologi pada Jurusan Tari STSI Kota Padang Panjang, Roza Muliati, mengungkapkan, secara kultural hubungan baik dengan Malaysia sebetulnya bukan sesuatu yang mengherankan. Hal itu karena ada kedekatan sosial dan budaya dengan negara tersebut.

"Dari beberapa mahasiswa Malaysia yang sedang belajar seni tari di STSI Kota Padang terdapat di antaranya merupakan asli orang Minangkabau yang migrasi ke Malaysia," katanya.

Menurut Roza, Malaysia termasuk gencar dalam menjalin kerja sama dengan sekolah tinggi seni. "Malaysia gencar mengajak para pengajar tari untuk melatih tari tradisional. Biasanya selama tiga-empat bulan atau sampai mereka dapat menguasai gerakan tarian. Saya mendengar dari sejumlah teman-teman saya bahwa pihak Malaysia menawarkan honor yang terbilang besar," ujarnya.

Mata kuliah HAKI


Roza mengatakan, sejak maraknya kasus-kasus hak intelektual budaya, di STSI Kota Padang terdapat mata kuliah HAKI selama satu semester mulai tahun 2007. Dalam mata kuliah tersebut mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang hak cipta dan hak atas kekayaan intelektual (HAKI).

Untuk melindungi kekayaan budaya dan kesenian Nusantara, menurut Roza, pemerintah dan masyarakat harus mulai proaktif menginventarisasi berbagai seni budaya tradisi yang masih hidup. Setelah itu, membuat pusat data dan mendaftarkan hak cipta dan intelektualnya. Selain itu, masyarakat tidak sekadar mengetahui seni budaya dan tradisinya, tetapi juga memeliharanya, antara lain dengan memberikan apresiasi secara serius. (INE)

Sumber: Kompas, Sabtu, 22 Desember 2007

Arkeologi: Dibangun, Laboratorium Sejarah Laut

Toboali, Kompas - Kawasan perairan sekitar Pulau Lepar dan Pongok, Kecamatan Lepar-Pongok, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung, bakal dijadikan laboratorium sejarah bawah laut.

Kepala Seksi Tangkap dan Budidaya Perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bangka Selatan Yudhi Irfani mengemukakan rencana pengadaan laboratorium sekaligus museum bawah laut, menyusul ditemukan banyak peninggalan sejarah. Temuan ini sebagian besar berupa benda-benda muatan kapal tenggelam (BMKT).

"Daerah ini semakin layak dijadikan wisata sejarah. Kalangan ilmuwan juga dapat melaksanakan penelitian di bawah laut," tuturnya beberapa waktu lalu.

Sejauh ini pemerintah telah mendeteksi 14 titik di kawasan perairan Bangka Belitung yang menyimpan banyak BMKT di kedalaman 15 meter-30 meter di bawah permukaan laut. Dari 14 titik, baru satu titik, yaitu di perairan Karang Baginda, yang telah disurvei langsung ke dasar laut. Di sana ditemukan bangkai kapal dan sejumlah BMKT.

Akan tetapi, hingga saat ini pengangkatan benda-benda itu belum dapat dilaksanakan. "Butuh dana besar untuk mengangkat BMKT sehingga kami pikir lebih baik kawasan seperti ini dijadikan situs," tuturnya.

Tim peneliti dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) wilayah Sumatera Bagian Selatan, pada penelitian akhir November lalu, menemukan sejumlah BMKT di perairan sebelah timur Pulau Lepar yang berupa emas yang masih ada di dasar laut. Juga peninggalan-peninggalan Belanda, seperti meriam kuno dan sisa mercusuar dengan menara dari rangkaian besi.

Menurut Agus Sudaryadi, Peneliti dari BP3, meriam-meriam di Desa Tanjung Labu itu diduga berasal dari kapal-kapal perang yang tenggelam pada abad ke-18 di perairan Pulau Lepar. Meriam- meriam ini digunakan pada pertempuran laut atau dibawa untuk ditempatkan di benteng-benteng. Meriam itu sebenarnya terletak di atas kereta kayu.

Dengan adanya temuan-temuan bersejarah, BP3 merekomendasikan kawasan tersebut dijadikan museum. Agus melanjutkan, pemkab setempat perlu melakukan inventarisasi dan mengumpulkan benda-benda sejarah yang sekarang tersimpan di beberapa tempat di Kabupaten Bangka Selatan.

Pihaknya mengimbau agar masyarakat menyerahkan kepada pemerintah apabila menemukan sisa peninggalan. (ITA)

Sumber: Kompas, Sabtu, 22 Desember 2007

Karya Bangsa: Budayawan RI Geram dan Marah terhadap Malaysia

JAKARTA (Media): Suasana marah dan geram mewarnai sarasehan budaya Indonesia Truly Indonesia, sebuah acara yang membahas hasil budaya Indonesia yang diklaim negara lain sebagai miliknya.

Sarasehan yang berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah, kemarin, menampilkan budayawan Mohammad Sobari, Putu Wijaya, Arswendo Atmowiloto, Direktur Utara PT Sidomuncul Irwan Hidayat, anggota DPR Alvien Lie, Romo Muji Sutrisno, dan moderator Effendi Gozali.

Sobari menegaskan, masyarakat Indonesia harus marah terhadap pemerintah asing yang mengaku-aku kesenian Indonesia sebagai milik mereka. "Jangan Malaysia seenaknya mencaplok hasil kesenian kita. Kita harus melakukan tindakan jelas dan tegas," ujarnya.

Pendapat Kang Sobari itu disambut meriah para mahasiswa yang juga tampak hadir. Malah ada yang berteriak 'ganyang Malaysia'.

Sementara itu, Putu Wijaya mengatakan sudah selayaknya masyarakat Indonesia marah kendati ada juga yang kurang peduli. "Harus ada kekuatan moral, namun tetap rasional melihat permasalahannya," jelasnya.

Menurut Putu Wijaya, kasus reog ponorogo, lagu Rasa Sayange, pengambilan pulau, dan juga kerajinan batik memberikan hikmah bagi bangsa Indonesia. "Kita jangan marah karena Malaysia menyadarkan kita bahwa kita punya reog, batik, angklung, dan sejumlah lagu daerah yang harus dipertahankan," tuturnya.

Sementara itu, menurut Dirut PT Sidomuncul Irwan Hidayat, kasus pencaplokan karya budaya Indonesia sama dengan kasus terdahulu yaitu lagu Terang Bulan yang menjadi lagu kebangsaan Malaysia. "Kami ikut merasakan kekecewaan yang luar biasa dan prihatin dengan kejadian tersebut. Sayangnya, sikap kita cenderung reaktif setelah kasus ini mencuat. Artinya, setelah terjadi, baru menyadari kita kehilangan sebagian budaya kita," ujarnya.

Acara Sarasehan Budaya ini diprakarsai perusahaan jamu PT Sidomuncul yang sekaligus merilis iklan yang berjudul Indonesia Heritage. Iklan yang dibintangi Butet Kertaredjasa dan Agnes Monica itu menggambarkan kesenian reog ponorogo, permainan angklung, membatik, sejumlah jamu tradisional, dan kesenian loncat batu dari Nias, Sumatra Utara, akan ditayangkan selama dua bulan di Metro TV. (Men/H-1)

Sumber: Media Indonesia, Sabtu, 22 Desember 2007