Sunday, November 18, 2012

[Jejak] Mochtar Apin, Si Pelukis Abstrak Geometris

MOCHTAR  Apin lahir di Padangpanjang, 23 Desember 1923. Ketertarikannya akan seni khususnya seni rupa sudah di mulai ketika ia bersekolah di INS Kayutanam, Sumatera Barat (1930-1933). Di sana ia mendapatkan pelajaran teori dan praktek seni. Bahkan salah satu pengajarnya adalah seorang pelukis terkenal pada zaman itu, Wakidiwas. Selanjutnya, 1939-1940, ia belajar menggambar dengan JV Lookeren, seorang guru seni dan belajar melukis dengan pelukis HV Verlthuijzen.

Mochtar Apin (Foto: cemara6galeri.wordpress.com)

Pada 1941, bergabung dengan PERSAGI. Selanjutnya, 1943-1944 bergabung dengan Keimin Bunka Shidoso dan belajar melukis dengan Soebanto Suryosubrandio. Setelah menempuh pendidikan SMT (1943-1946) di Jakarta, ia kembali melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Sastra (1946-1948) di Jakarta. Pendidikan seni rupa sendiri baru di tempuhnya di ITB (1948-1951).

Atas beasiswa dari STICUSA, ia melanjutkan pendidikan di luar negeri yakni di Kunstnijverheid-School, Amsterdam, Belanda (1951-1952). Kembali ia mendapatkan beasiswa dari pemerintah Indonesia untuk menempuh pendidikan di Ecole Nationale Superieure des Beaux Arts, Paris, Prancis (1953-1957). Tahun 1957-1958, ia kembali mendapatkan beasiswa Deutsche Akademie der Kunste, Berlin, serta mendapat beasiswa dari Perancis untuk belajar litografi/offset/teknik seni grafis di Paris (1968).

Dikenal sebagai pelukis abstrak geometris dengan permainan warna, landscape dengan latar abstraksi, serta keterampilannya menggambar anatomi manusia dengan medium yang berbeda. Karya-karyanya sendiri sangat beragam dan bersifat individual, merentang dari lukisan abstrak, kubisme, figuratif, optik, gambar model, penggalian motif-motif batik, sampai tiruan Rembrandt. Pencarian dan eksplorasinya yang terus-menerus pada seni grafis menyebabkan karyanya tidak terikat pada satu tema. Tapi pada perkembangannya, ia selalu tertarik pada tema-tema figuratif yang mengetengahkan sosok wanita telanjang.

Di tangan mantan pengajar di Fakultas Seni Rupa ITB ini, obyek, tekstur, komposisi, garis, warna dan grafis, adalah pintu masuk bagi penafsiran pesan-pesan yang ingin disampaikannya. Seperti pada lukisan-lukisan nude-nya, Mochtar Apin seolah menggunakan gestur model polos, lugu, kadangkala vulgar dan provokatif, hanya untuk memancing opini publik dan mendorong dialog kreatif. Karyanya mampu menjadi bentuk pemberontakan terhadap pemikiran-pemikiran tabu, sekaligus ingin membalik anggapan bahwa modelnya berpose demi kepuasan estetika seniman semata.

Pengalaman berpameran dimulai sejak tahun 1940-1941, dengan ikut berpameran bersama PERSAGI dan ikut berpameran bersama Keimin Bunka Shidoso. Setelah itu ia kerap mengadakan pameran tunggal dan pameran bersama yang diadakan di dalam negeri maupun di luar negeri. Pameran Tunggal yang pernah diadakannya antara lain: pameran tunggal di Den Haag dan Amsterdam, Belanda (1953), pameran tunggal di Paris (1956), Pameran Tunggal di Bangkok (1968, 1969 dan  1972), Pameran Tunggal di Jakarta, yang di selenggarakan oleh DKJ (1976).

Sedangkan Pameran Bersama yang pernah diikutinya antara lain pameran bersama di Pusat Kebudayaan Jakarta (1943), pameran pertama pelukis-pelukis Indonesia di Jakarta (1947), selanjutnya sejak tahun 1950 hingga tahun 1993, acapkali mengikuti pameran kolektif bersama pelukis rekan-rekannya yang lain diberbagai kota dan negara di Indonesia, Asia dan Eropa.

Pada 1946, bersama Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Baharuddin Marasutan, ia mendirikan organisasi Gelanggang yakni sebuah organisasi yang mengusung modernitas dan kebebasan berekspresi. Dengan Baharuddin Marasutan, ia juga menerbitkan bibliophili (sebuah karya seni grafis) yang dicetak secara terbatas, untuk merayakan HUT Kemerdekaan Indonesia. Buku yang juga di terbitkan secara internasional ini, juga melibatkan pula beberapa tokoh di antaranya Soedjatmoko, Maria Ulfah dan Sutan Takdir Alisyahbana.

Tercatat, ia pernah bekerja di majalah Nusantara Jakarta (1946) sebagai ilustrator dan bekerja pada majalah Gema Suasana dan Pembangunan di Jakarta sebagai illustrator. Selain itu ia pernah pula terpilih sebagai anggota Asia Pacific Regional Committee of International Art Association (1991).

Pelukis yang beberapa kali meraih penghargaan dalam bidang kebudayaan, di antaranya Penghargaan kebudayaan dari pemerintah Australia (1974) ini dan pernah mendapat undangan dari Departemen Pendidikan Belanda untuk membicarakan kerja sama pendidikan dan budaya (1976) serta undangan dari pemerintah Perancis untuk ikut bergabung dalam program bantuan bersama bidang teknologi dan pendidikan (1979) ini, wafat pada 1 Januari 1994, meninggalkan seorang istri Sien Mochtar Apin dan tiga orang putri, Karina, Arleti dan Marella Mochtar Apin.(fed/berbagai sumber)

Sumber: Riau Pos, Minggu, 18 November 2012

No comments: