Saturday, May 31, 2008

Pustaka: K.F. Holle dan Buku Sunda

-- Atep Kurnia*

PENERBITAN buku cetak berbahasa Sunda tidak lepas dari peran orang Belanda. Salah seorang di antaranya adalah K.F. Holle (1829-1896). Ia bahkan dianggap sebagai orang Belanda pertama yang mengusahakan penerbitan buku-buku Sunda. Demikian yang saya baca dari Semangat Baru: Kolonialisme, Budaya Cetak, Kesastraan Sunda abad ke-19 (Mikihiro Moriyama, 2005). Tetapi orang Sunda lebih terbiasa menyebutnya sebagai Tuan Hola saja. Tuan Belanda ini lahir di Amsterdam pada 1829. Pada 1845 ia dibawa orang tuanya ke Hindia Belanda.

Holle termasuk seorang autodidak dan berpikir pragmatis. Dalam hal ini, ia menjadikan perkebunannya semacam perkebunan eksperimental. Ia meneliti berbagai segi pertanian seperti pemanfaatan lahan kering untuk menanam sayur-sayuran, serta cara pengembangbiakan ikan di kolam-kolam kecil.

Selain itu, ia menerapkan idealismenya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat miskin di sekitar perkebunannya. Untuk itu, dia mengajari cara untuk meningkatkan metode penanaman padi.

Tetapi setelah berkeliling untuk mengampanyekan maksudnya, ternyata sangat sulit dan memakan waktu. Dengan demikian, dia sadar bahwa cara yang paling efisien untuk menggapai maksudnya adalah dengan mengajari masyarakat agar bisa membaca.

Ternyata, ia bisa menyebarkan idenya melalui pamflet-pamflet dalam bahasa Sunda. Sebelumnya, sejak diangkat jadi juru tulis pemerintah pada 1846, ia tertarik untuk belajar bahasa Sunda serta meneliti unak-anik budaya Sunda. Dan dia sadar betul betapa pentingnya dapat berbicara dalam bahasa Sunda layaknya seorang Sunda.

Projek buku Sunda

Oleh karena itulah, ia berusaha membangkitkan kembali bahasa Sunda sebagai bahasa yang menjadi ciri kebudayaan Sunda. Ia pun mendorong penggunaan kembali bahasa Sunda sebagai bahasa tulis. Hasilnya dapat dilihat dari keterlibatannya dalam penerbitan buku-buku Sunda pada paruh kedua abad ke-19.

Mula-mula ia menerbitkan buku Tjarita Koera-Koera djeung Monjet (1851). Buku yang ditulis bersama saudaranya, Adriaan Holle ini membawa pengaruh pada pendidikan masyarakat Sunda.

Pada 1861 Pemerintah menugaskan K.F. Holle untuk menyusun buku-buku bacaan serta pelajaran bahasa Sunda. Untuk menggarap projek itu, pemerintah mengeluarkan biaya sebesar f. 1.200.

Untuk melaksanakan tugas ini, Holle dibantu oleh R.H. Moehamad Moesa beserta para penulis dari lingkungan Holle. Terutama yang tinggal di sekitar distrik Limbangan. Di antaranya Moesa sendiri berasal dari Limbangan, Adi Widjaja patih limbangan, dan Brata Widjaja mantan patih Galuh, Kabupaten Sukapura.

Hasil projek ini, seluruhnya berjumlah 13 judul buku. Tetapi sebagian besar buku-buku bacaan itu disusun oleh Moesa. Di antara buku-buku hasil pekerjaan itu, sebagaimana yang dapat dilihat dari buku-buku teks yang digunakan di sekolah desa di Bandung pada 1863, di antaranya: Katrangan tina Perkawis Mijara Laoek Tjai (Moehamad Oemar), Wawatjan Djaka Miskin (Wira Tanoe Baija), Wawatjan Woelang Poetra (Adi Widjaja), Wawatjan Woelang Krama (Moehamad Moesa), dan Wawatjan Radja Darma (Danoe Koesoema).

Usaha Holle tak terhenti. Buktinya, selama dasawarsa 1860-an Holle telah mengawasi tak kurang dari 23 judul buku berbahasa Sunda untuk sekolah yang diterbitkan oleh pemerintah.

Sampai 1880-an Holle masih berperan dalam produksi buku-buku bahasa Sunda yang ditulis oleh penulis Sunda. Pekerjaannya baru berakhir pada 1895. Pada tahun itulah ia terakhir mengedit buku Sunda, yaitu Mitra noe Tani (selanjutnya disingkat MnT).

"Mitra noe Tani"

Melalui buku seri inilah Holle memperbaiki sistem pertanian orang Sunda. MnT adalah buku yang terdiri dari tulisan-tulisan seputar pertanian yang ditulis dalam bahasa Sunda. Untuk keterangannya, saya timba dari Lampiran 1: Senarai Buku-buku Berbahasa Sunda Sebelum 1908 (Moriyama, 2005: 283).

Dari situ diperoleh keterangan: seri ini terbit antara tahun 1874-1899. Penerbitannya tak beraturan. Ada yang setahun dua kali, tetapi ada juga yang berjarak dua tahun sekali. Juga ada yang setahun sekali.

Seluruh seri Mnt diterbitkan oleh Landsdrukkerij, penerbit milik pemerintah kolonial Hindia Belanda. Penerbit ini bertempat di Weltevreden, atau Menteng sekarang. Khusus buku-buku Sunda, penerbit ini telah mencetaknya sejak 1853. Dan biasa pula disebut "Kantor Tjitak Kandjeng Goepernemen".

Dari jilid pertama hingga seri ketujuh, MnT dicetak dengan memakai huruf cacarakan Jawa. Sementara huruf Latin mulai dipakai dari seri delapan sampai seri terakhir, jilid 14.

Adapun para penulisnya datang dari beberapa kalangan. Ada pejabat bangsa Belanda, yang tentu saja telah disundakan oleh penulis lokal. Begitu pun dengan para penulis pribumi, baik dari kalangan menak Jawa maupun Sunda. Untuk penyuntingannya, sejak seri pertama hingga jilid 12, MnT diedit oleh K.F. Holle. Karena Holle meninggal pada 1896. Selanjutnya (dua seri terakhir) MnT diedit oleh H. de Bie, guru pada Gymnasium Willem III.

Tetapi semuanya mesti berakhir pada 1896. Karena pada tahun itulah Holle meninggal. Tepatnya pada 3 Mei 1896. Ia pun kemudian dikuburkan di Tanah Abang, berdampingan dengan ibunya.

* Atep Kurnia, Penulis lepas, tinggal di Bandung.

Sumber: Khazanah, Pikiran Rakyat, Sabtu, 31 Mei 2008

No comments: