Wednesday, February 07, 2007

Nh Dini Siap Luncurkan Buku Baru

NH Dini [Foto: pusatbahasa.depdiknas.go.id]


HUBUNGAN yang semakin memburuk dengan suaminya, ditambah penyakit fatal yang nyaris merenggut nyawanya, membuat Dini menjalani hari-harinya tanpa semangat. Detik demi detik dilaluinya bagaikan robot yang bergerak secara otomatis. Bahkan, ia mulai tidak peduli kepada Lintang dan Padang.

Setitik harapan yang masih tersisa di hatinya hanyalah terwujudnya rencana-rencana yang telah disusun "Kaptenku" - kekasihnya-untuk mereka berdua dan anak-anaknya. Dini merindukan saat yang tepat untuk meninggalkan kehidupannya yang bagai terpanggang api dan memulai lembaran baru dalam rengkuhan sejuknya kasih sayang sang Kapten.

Tapi, manusia hanya bisa merencana, Tuhan berkehendak lain.

Demikian cuplikan novel sastra karangan Nh Dini yang bakal diluncurkan pada Juni 2007, La Grande Borne.

Tentu itu akan menjadi karya yang sangat dinantikan penggemar Nh Dini. Lewat karya itu, wanita kelahiran Semarang, 29 Februari 1936 ini menunjukkan diri masih produktif hingga kini.

Nh Dini, yang dilahirkan dengan nama Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin adalah sastrawan, novelis, dan feminis Indonesia. Sastrawan Budi Darma, menyebutnya sebagai pengarang sastra feminis yang terus menyuarakan kemarahan kepada kaum laki-laki. Ia seorang pengarang yang menulis dengan telaten dan produktif, dan Putu Wijaya mengomentarinya; "kebawelan yang panjang".

Dini yang pernah meraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand itu, telah melahirkan karya-karya terkenal, di antaranya Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998), belum termasuk karya-karyanya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan. Karya paling mutakhir adalah Dari Parangakik ke Kamboja (2003), yang mengangkat kisah tentang bagaimana perilaku seorang suami terhadap istrinya.

Hingga kini, seperti disebutkan Wikipedia, Dini yang telah menulis sejak kelas tiga SD itu telah menulis lebih dari 20 buku.

Dini dipersunting diplomat Prancis, yang memberinya dua anak, Marie-Claire Lintang dan Pierre Louis Padang. Berpisah dengan suaminya, Dini kembali ke Indonesia, dan terus berkarya. [W-10]

Sumber: Suara Pembaruan, Rabu, 7 Februari 2007

No comments: